I.
JUDUL PERCOBAAN
Teknik Pemurnian
II.
TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa
diharapkan memahami dan terampil dalam :
a.
Melakukan
destilasi untuk pemisahan dan pemurnian
b.
Mengkalibrasi
dan mengoreksi pembacaan thermometer
c.
Melakukan
rekristalisasi dengan baik
d.
Memilih pelarut
yang sesuai untuk rekristalisasi
e.
Menguasai teknik
penentuan titik leleh
f.
Membaca titik
leleh pada termometer
g.
Membedakan
campuran dari senyawa murni dan titik lelehnya
III.
LATAR BELAKANG
TEORI
Termometer adalah alat untuk mengukur
suhu. Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan merkuri di ujung bawah. Skala suhu yang paling banyak dipakai di
seluruh dunia adalah skala celcius dengan poin 0 untuk titik beku dan poin 100
untuk titik didih. Pada tahun 1742 Ander Celcius mempublikasikan sebuah buku
berjudul “Penemuan Skala Temperatur Celcius” yang diantara isinya menjelaskan
metode kalibrasi alat thermometer seperti dibawah ini :
a.
Letakkan
silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer
disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin
titik beku air.
b.
Dengan cara yang
sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut memdidih seluruhnya
saat dipanaskan.
c.
Bagi panjang
dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama
(Bethax,
2010).
Di dalam suatu cairan selalu terdapat
uap walaupun pada suhu dibawah titik didihnya. Kecendrungan melekul-molekul
cairan menguap merupakan sifat yang tetap pada suhu yang tetap yang disebut
tekanan uap. Tekanan uap suatu cairan berubah dengan adanya zat lain yang larut
di dalamnya (sifat kologatif) dan yang terpenting perubahan suhu akan merubah
tekanan uapnya (Tim Dosen, 2011:1).
Destilasi merupakan suatu cara pemisahan
larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah atau “Separating Agent”. Jika
larutan yang terdiri dari dua buah komponen yang cukup mudah menguap, misalnya
larutan benzene-toluena, larutan n-Heptan, dan n-Heksan dan larutan lain yang
sejenis titik didihnya, maka fasa uap yang terbentuk akan mengandung komponen
yang lebih menguap dalam jumlah yang relative banyak dibandingkan fasa cair.
Jadi, ada perbedaan komposisi antara fasa cair dan fasa uap, dan hal ini
merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan destilasi dapat dilakukan
(Anonim, 2011).
Dasar pemisahan pada destilasi adalah
perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu. Pemisahan dengan destilasi
melibatkan penguapan diferensial dari suatu campuran cairan diikuti dengan
penampungan material yang menguap dengan cara pendinginan dan pengembunan.
Beberapa teknik destilasi lebih cocok untuk pekerjaan-pekerjaan preparative di
laboratorium dan industry. Sebagai contoh adalah pemurnian alcohol, pemisahan
minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya, pembuatan minyak atsiri dan sebagainya
(Soebagio,dkk., 2002:24).
Pada proses pemisahan secara destilasi,
fase uap akan segera terbentuk setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap
dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relative cukup) dengan
harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada
dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi destilat dan residu.
Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap
relative terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan.
Sehingga kalua uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara
berulang-ulang maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan
yang relative murni (Anonim, 2011).
Diagram titik didih merupakan diagram
yang menyatakan hubungan antara tempratur atau titik didih dengan komposisi uap
dan cairan yang berkeseimbangan. Di dalam diagram titik didih tersebut terdapat
dua buah kurva yaitu kurva cair jenuh dan uap jenuh (Anonim,2011).
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu
zat padat dari campuran/ pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi
adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pencampur/ pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian
larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (Ugi Rahmat, 2010).
Proses tersebut melibatkan lima langkah
: pelarutan, penyaringan, kristalisasi, pengumpulan kristal, dan pengeringan
Kristal. Kemurnian Kristal dapat ditentukan lagi maka dapat dilakukan dengan
rekristalisasi. Teknik ini melibatkan pelarut padatan kotor dalam volume
minimum pelarut panas dan penyaringan untuk memindahkan pemgotor yang tidak
larut (Tim Dosen
Unhas, 2006).
Menurut Ugi Rahmat (2010),cara memilih
pelarut yang cocok yaitu :
a.
Dipilih zat
pelarut yang hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dalam keadaan
panas, sedangkan zat pencampurnya tidak larut dalam pelarut tersebut.
b.
Dipilih pelarut
yang titik didihnya rendah untuk dapat mempermudah proses pengeringan kristal
yang terbentuk
c.
Titik didih
pelarut hendaknya lebih rendah dari titik leleh zat padat yang dilarukan supaya
zat yang akan dilarutkan tidak terurai.
d.
Pelarut tidak
bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan
Suhu khas suatu zat, saat cair dan
padatnya berada bersama dalam keseimbangan pada tekanan tertentu, merupakan
titik beku atau titik leleh zat itu. Apabila panas diberikan pada sistem
keseimbangan cairan-padatan, sebagian padatan meleleh lebih banyak lagi cairan
terbentuk tetapi suhu tetap sama sepanjang kedua fase tetap ada (Sukarna,
2003).
Titik leleh suatu senyawa adalah suhu
dimana senyawa tersebut mulai meleleh sampai seluruhnya meleleh.
Senyawa-senyawa murni suhunya hampir tetap selama meleleh atau disebut titik
leleh yang tajam, misalnya 127-1280c atau 180-1810c,
sedangkan untuk cuplikan yang sama tetapi tidak murni akan meleleh pada 123-1260c
atau 178-1800c. pengotoran yang menyebabkan penurunan titik leleh
ini mungkin sekali. Suatu bahan berbentuk resin yang tidak mudah diidentifikasi
atau senyawa lain yang mempunyai titik leleh lebih rendah atau lebih tinggi
dari senyawa utamanya (Tim Dosen, 2011 : 4).
Ada perubahan energi pada saat pembekuan
dan pelelehan. Jumlah energi yang harus dilepaskan dari 1 mol cairan untuk
mengubah cairan itu menjadi padatan pada suhu tetap sama disebut panas
kristalisasi mol (
). Sedangkan energi
yang diperlukan untuk melelehkan 1 mol padatan disebut panas peleburan molar
(molar heat of fusion) dan diberi simbol
(pelelehan juga disebut peleburan)
(Sukarna, 2003).
IV.
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat :
1.
Labu distilasi
2.
Pendingin lurus
3.
Termometer 1100C
dan 3000C
4.
Sumbat gabus
/karet 2 buah
5.
Gelas ukur 10 ml
2 buah
6.
Gelas ukur 50 ml
1 buah
7.
Gelas ukur 100
ml 1 buah
8.
Erlemeyer 125
dan 250 ml
9.
Bunsen dan kasa
asbes
10. Batang pengaduk
11. Oven
12. Sendok panjang
13. Corong biasa
14. Erlemeuer isap
15. Labu semprot
16. Pipa kapiler
17. Neraca
18. Alat thiele
19. Gelas kimia 250 ml 2 buah
20. Gelas kimia 600 ml
21. Gelas kimia 100 ml
22. Corong Buchner
23. Batu didih
24. Pembakar spiritus
B.
Bahan :
1.
Etanol
2.
Aquades
3.
Asam benzoat
4.
Kertas saring
whatman
5.
Urea
6.
Es batu
7.
Minyak goring
V.
PROSEDUR KERJA
A.
Kalibrasi
termometer
1.
Untuk mengetes
titik nol temometer, melakukan pada campuran air es yang diaduk homogen.
2.
Untuk titik 100
termometer dilakukan sebagai berikut : mengisi ke dalam gelas kimia aquades,
memasukkan sedikit batu didih
3.
Memanaskan air
perlahan hingga mendidih.
4.
Memasukkan
termometer dengan memegangnya, menempatkan kolom Hg pada tekanan uap di atas
permukaan air mendidih, maka suhunya akan panas. Untuk menentukan titik didih
air yang sebenarnya harus diperiksa tekanan barometer.
B.
Destilasi
1.
Memasang
peralatan destilasi biasa, dengan memasang labu bundar 500 ml yang diklem dan
menyimpan di atas kawat labu bundar 500 ml yang diklem dan menyimpan di atas
kawat kasa dan pembakar bunsen.
2.
Melengkapi ujung kondensor dengan adaptor dan
penampung gelas ukur.
3.
Mengalirkan air
pendingin, mengarahkan aliran dari atas ke bawah.
4.
Memasukkan
campuran etanol-air ke dalam labu, yang jumlahnya maksimum setengah volume
labu.
5.
Mulai melakukan
pemanasan dengan api yang diatur perlahan naik sampai mendidih.
6.
Mengatur
pemanasan agar supaya destilasi menetes secara teratur dengan kecepatan satu
tetes perdetik
7.
Mencatat suhu
dan volume destilat secara teratur setiap interval waktu tertentu (setiap 5
menit).
8.
Mencatat tekanan
atmosfer dan melakukan koreksi termometer.
C.
Rekristalisasi
1.
Menempatkan 1
gram kristal (asam) dan 10 ml air dalam erlemeyer 125 ml
2.
Menggoncang
campuran, meletakkan di atas pembakar kecil atau pemanas listrik sampai
mendidih.
3.
Menambahkan
setiap kali 5 ml air sambil menggoncangnya hingga volume larutan 35 ml dan
kristal larut.
4.
Selagi panas,
kita menuangkan/menyaring ke atas corong Buchner yang sudah dilengkapi
erlemeyer isap
5.
Kristal mungkin
akan terbentuk dalam erlemeyer isap, kalau tidak memimndahkannya ke dalam
erlemeyer.
6.
Membiarkannya
dingin hingga mengkristal, kalau pada suhu kamar belum terbentuk, kita dapat
melakukan pendinginan dalam iar es.
7.
Menyaring
kristal yang terbentuk dengan corong biasa yang dilengkapi kertas saring lalu
mengeringkannya di dalam oven.
D.
Penentuan Titik
leleh
1.
Menimbang zat
yang akan ditentukan titik lelehnya yaitu urea dan asam benzoat denga
perbandingan 1:1, 4:1, dan 1:4.
2.
Memasukkan zat
yang telah ditimbang dan zat yang tidak diketahui ke dalam pipa kapiler.
3.
Memasang tabung kapiler yang sudah berisi zat
dalam lubang khusus pada blok logam atau dengan cara menempelkannya pada
termometer (kedudukan zat tepat pada kolom Hg) untuk penentuan yang menggunakan
alat thiele.
VI.
HASIL PENGAMATAN
A.
Kalibrasi
Termometer
1.
Penentuan titik
nol dari termometer menggunakan air es menunjukkan bahwa harga yang ditunjukkan
oleh termometer tepat dititik nol
2.
Penentuan titik
1000C dari termometer yang menggunakan air yang dididihkan, dengan
memasukkan termometer ke dalam air yang dididihkan, menunjukkan bahwa suhu yang
ditunjukkan oleh termometer saat air mendidih adalah 950C.
B.
Destilasi
100 ml etanol
yang ditambahnkan 150 ml H2O menghasilkan larutan bening dan panas.
Kemudian campuran ini didestilasi dan diperoleh hasil destilat dengan suhu
deslilat pertama 600C sebagai berikut
No
|
Waktu
|
Volume
|
Suhu
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
5 menit
|
7,8 ml
6,8 ml
8,2 ml
12,5 ml
12 ml
12,5 ml
11,5 ml
10,5 ml
11 ml
10,5 ml
|
720C
730C
750C
760C
760C
780C
780C
790C
810C
840C
|
C.
Rekristalisasi
1 gram asam
benzoat ditambahkan dengan 10 ml H2O kemudian dipanaskan. Selama pemanasan kita
tambahkan 5 ml air hingga volumenya 35 ml. Penambahan pertama asam benzoat
belum larut, penambahan 5 ml air kedua asam benzoat larut tapi . Penambahan
ketiga semakin banyak asam benzoat yang larut. Penambahan keempat 5 ml air asam
benzoat telah larut. Asam benzoat yang telah larut ditambahkan lagi 5 ml air
sebanyak dua kali hingga volumenya 35 ml. Asam benzoatnya ditunggu hingga
mendidih lalu disaring dengan corong Buchner menghasilkan larutan bening dan
terbentuk kristal. Campuran ini didinginkan menyebabkan terbentuknya kristal.
Kristal lalu disaring dengan kertas saring kemudian dikeringkan dalam oven dan
diperoleh berat kristal 0,2 gram.
D.
Penentuan Titik
Leleh
Zat
|
Titik leleh
|
|
Awal
|
Akhir
|
|
Asam benzoat
|
1200C
|
1240C
|
Urea
|
1190C
|
1230C
|
Asam benzoat : urea
1:1
|
1100C
|
1140C
|
Asam benzoat : urea
1:4
|
1180C
|
1220C
|
Asam benzoat : urea
4:1
|
1150C
|
1150C
|
Unknown
|
1260C
|
1440C
|
VII. ANALISIS DATA
A.
Rekristalisasi :
Asam benzoat
Diketahui :
Massa teori kristal C6H5COOH = 1 gram
Massa
praktek kristal C6H5COOH= 0,2 gram
Ditanyakan :
Rendemen = ………………..?
Penyelesaian :
B. Titik leleh
1. Asam benzoat
2. Urea
3. Asam benzoat : Urea = 1:1
4. Asam benzoat : Urea = 1:4
5. Asam benzoat : Urea = 4:1
6. Unknown
VIII. PEMBAHASAN
A.
Kalibrasi
Termometerr
Pada
percobaan ini dilakukan kalibrasi termometer yang bertujuan untuk mengetahui
apakah termometer yang digunakan telah sesuai dengan standar pengukuran yang
ditetapkan karena dengan kegiatan pengkalibrasian inilah kita mengetahui apakah
ada penyimpangan atau perbedaan antara harga yang benar atau ditetapakan dengan
harga yang ditunjukkan oleh termometer saat praktikum. Dalam percobaan untuk
pengujian titik nol termometer telah sesuia dengan standar pengukuran,
sedangkan untuk titik 1000 termometer tidak menunjukkan harga 1000
saat air mendidih melainkan hanya 950C. Hasil ini menandakan
adanya perbedaan harga yang benar. Penyebab perbedaan ini dapat disebabkan oleh
kurang baiknya ataua bahkan termometer yang akan dikalibrasi telah mengalami
kerusakan. Kerusakan suatu alat yang digunakan akan mempengaruhi hasil
pengamatan yang diperoleh.
B.
Destilasi
Pada
percobaan ini kita melakukan destilasi pada campuran etanol dan air yang
bertujuan untuk memisahkan campuran ini. Proses destilasi ini menggunakan
kondensor yang berperan sebagai pendingin uap yang kemudian berubah menjadi
cairan. Hasil destilasi yang diperoleh merupakan etanol. Pada kondensor aliran
air mengalir dari bawah ke atas, hali ini dilakukan agar proses pendinginan
dapat berjalan dengan baik.
Pemanasan
pada larutan etanol-air dilakukan hingga mendidih dan pemanasan dihentikan saat
volume dan suhu telah teratur. Dalam percobaan ini destilat mulai keluar pada
suhu 600C, suhu campuran ini harus dijaga antara suhu 90-1000C
agar tidak melampaui karena jika suhu lebih dari 90-1000C maka
destilat yang dihasilkan bukan lagi etanol murni. Proses destilasi dilakukan
selama 55 menit dan diperoleh destilat 103,3 ml. Hasil yang diperoleh ini
menandakan bahwa etanol yang dihasilkan tidak murni karena adanya campuran
sedikit air dan etanol yang diperoleh ini menandakan bahwa etanol yang
dihasilkan tidak murni karena adanya campuran sedikit air dan etanol yang awal
kita masukkan sebanyak 100 ml. Hal ini dapat terjadi karena terlalu lamanya
proses destilasi yang dilakukan.
C.
Rekristalisasi
Pada
pembuatan kristal ini kita mencampurkan asam benzoat dengan air kemudian ini
kita mencampurkan asam benzoat dengan air kemudian dipanaskan. Tujuan dilakukan
pemanasan adalah agar kristal mudah terbentuk dan membantu proses pelarutan
asam benzoat. Saat pemanasan kita menambhakan sedikit demi sedikit aquades agar
kristal asam benzoat dapat larut sempurna. Setelah dipanaskan larutan disaring
dengan corong Buchner yang di bawahnya dilengkapi oleh erlemeyer isap. Hasil
dari penyaringan ini beningdan terbentuk kristal kemudian segera disimpan di
dalam erlemeyer dan didiamkan selama beberapa menit di dalam air es hingga
terbentuk kristal kembali. Setelah itu disaring dengan menggunakan corong
biasa. Pada kertas saring ini terdapat kristal yang kemudian dikeringkan di
dalam oven. Berat kristal yang diperoleh setelah dikeringkan yaitu 0,2 gram.
Hasil ini menandakan kristal yang dikristalisasi ini lebih murni, jumlahnya
sangat sedikit akibat adanya larutan yang tumaph saat proses penuangan dari
erlemeyer isap ke dalam sebuah erlemeyer.
D.
Penentuan Titik
Leleh
Penentuan
titik leleh pada percobaan ini dilakukan pada 3 jenis zat yang berbeda yaitu
urea, asam benzoat dan zat yang tidak diketahui. Dari hasil percobaan diperoleh
bahwa titik leleh urea adalah 119-1230C dan asam benzoat 120-1240C.
Hasil yang diperoleh ini tidak begitu sesuai dengan teori terutameori terutameori
terutama urea karena titik leleh urea berdasarkan teori adalah 132,5-1330C
begitu pula dengan asam benzoat dimana titik lelehnya berdasarkan toeri sebesar
121,5-1220C. Ketidak tepatan penentuan titik leleh ini dapat
disebabkan oleh ketidak telitian praktikan saat mengamati percobaan yang
dilakukan dan alah 132,5-1330C begitu pula dengan asam benzoat
dimana titik lelehnya berdasarkan toeri sebesar 121,5-1220C. Ketidak
tepatan penentuan titik leleh ini dapat disebabkan oleh ketidak telitian
praktikan saat mengamati percobaan yang dilakukan dan terlalu tergesah-gesah.
Untuk
penentuan titik leleh campuran urea dan asam benzoat yang menggunakan
perbandingan 1:1, 1:4 dan 4:1. Dari hasil pengamatan titik leleh campuran
dengan perbandingan 1:1 adalah 110-1140C, pada perbandingan 1:4
diperoleh titik leleh 115-1150C dan pada perbandingan 4:1 diperoleh
titik leleh 118-1220C. Dari data ini dapat diketahui bahwa titik
leleh yang diperoleh berbeda-beda dan tidak tajam. Ketidaktajaman titik leleh
ini disebabkan adanya zat pengotor dalam campuran yang mampu menurunkan titik
leleh. Untuk zat yang tidak diketahui diperoleh titik leleh sebesar 126-1440C
yang berarti bahwa zat ini merupakan urea. Namun penebakan bahwa zat ini urea
tidak pasti 100% karena titik lelehnya tidak tajam dan kemungkinan adanya zat
pengotor pada zat tersebut serta
kurangnya ketelitian saat mengamati titik leleh zat tersebut dan bias pula zat
tersebut tercampur yaitu antara urea dan asam benzoat.
IX.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Destilasi yang
dilakukan pada percobaan ini berfungsi untuk memisahkan campuran etanol dan air
agar dapat menghasilkan lar larutan etanol yang lebih murni. Dari percobaan ini
diperoleh volume destilat sebesar 103,3 ml.
2.
Pada percobaan
ini kalibrsi termometer bertujuan untuk menentukan titik nol dan titik 100
termometer apakah telah sesuai dengan standar pengukuran yang telah ditetapkan
atau sebaliknya.
3.
Rekristalisasi
merupakan pemurnian suatu zat padat dari campuran/ pengotornya dengan cara
mengkristalkan kembali zat-zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang
cocok.
4.
Cara memilih
pelarut yang cocok untuk rekristalisasi yaitu dengan melihat sifat pelarut yang
mampu melarutkan zat yang akan dimurnikan, memiliki titik didih yang lebih
rendah dan tidak bereaksi dengan yang akan dilarutkan.
5.
Titik leleh
senyawa adalah suhu dimana senyawa tersebut mulai meleleh sampai seluruhnya
meleleh. Senyawa murni suhunya hampir tetap selama meleleh atau disebut titik
leleh yang tajam.
6.
Cara mengetahui
titik leleh suatu zat dilakukan dengan cara membaca termometer dengan melihat
suhu yang ditampilkan saat suatu zat mulai meleleh hingga meleleh seluruhnya.
7.
Senyawa-senyawa
murni suhunya hampir tetap selama meleleh namun pada campuran memiliki titik
leleh yang dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari senyawa utama akibat
adanya zat pengotor.
B.
Saran
Disarankan
kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dan tidak tergesah-gesah saat
melakukan percobaan terutama saat destilasi dan penentuan titik leleeh agar
hasl yang diperoleh dapat sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Destilasi.
http://www.cicehforum.or.id/showth read.php/12478
.menara-destilasi. Diakses
tanggal 27 Mei 2011.
Bethax. 2010. Kalibrasi
Termometer. http://bethax8.blogspot.com/2010/01/kalibrasi
termometer.html. Diakses
tanggal 31 Mei 2011.
Soebagio,dkk. 2002. Kimia Analitik II. Malang : Universitas Negeri Malang
Sukarna, I
Made. 2003. Kimia Anlaitik
Kuantitaf. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Kimia Organik. 2006. Penuntun Praktikum Organik. Makassar : UNHAS.
Tim Dosen Kimia Organik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Makassar : UNM
Ugi, rahmat. 2010. Rekristalisasi. http://kimiamagic.blogspot.com/2010/02
/rekristalisasi.html. Diakses
tanggal 27 Mei 2011.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1.
Grafik
2.
Azeotrop biner
adalah suatu campuran yang sagat sulit untuk dipisahkan sehingga dibutuhkan
senyawa lain untuk dapat memutus ikatan azeotrop dengan bantuan tekanan yang
tinggi.
Cara
membedakannya dalam percobaan tidak dapat dijelaskan karena destilasi azeotrop
tidak dilakukan.
3.
dalam destilasi
uap, uap yang keluar setelah kontak dengan bahan yang didestilasi merupakan
campuran uap dari masing-masing komponen sebanding dengan volumenya.
4.
Sifat-sifat yang
harus dipunyai oleh pelarut agar dapat digunakan untuk rekristalisasi yaitu :
a.
Hanya mampu
melarutkan zat yang akan dimurnikan
b.
Memiliki titik
didih yang lebih rendah
c.
Palarut tidak
bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
5.
Urutan kerja
dalam pengerjaan rekristalisasi yaitu:
a.
Pelarutan
b.
Penyaringan
c.
Kristalisasi
d.
Penggumpalan
kristal
e.
Pengeringan
kristal
6.
Prisnsip dasar
rekristalisasi yaitu pemisahan atau pemurnia suatu zat dati zat pengotornya
dalam bentuk kristal
7.
Alasan
penyaringan dengan diisap adalah :
a.
Agar memperoleh
kristal yang lebih banyak dan lebih murni
b.
Agar pengotor
tidak ikut dalam kristal
Senyawa
|
Campuran
|
Titik leleh
|
Trayek
leleh
|
|
A
|
B
|
|||
Asam
benzoat
-
Asam benzoat
Asam benzoat
Asam benzoat
|
-
Urea
Urea
Urea
Urea
|
-
-
4:1
1:1
1:4
|
120-1240C
119-1230C
115-1150C
110-1140C
118-1220C
|
40C
40C
00C
40C
40C
|
8.
9.
Titik leleh zat
yang diberikan oleh Asisten 126-1440C, dan bukan merupakan campuran
murni karena trayek lelehnya sangat jauh atau tidak tajam akibat adanya zat
pengotor.
10. Zat unknown yang diamati menurut saya adalah urea
yang bercampur dengan asam benzoat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar