Jumat, 10 Mei 2013

Identifikasi Gugus fungsi Senyawa Organik



I.       JUDUL PERCOBAAN
Identifikasi Gugus fungsi Senyawa Organik
II.    TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan memahami mengenai hal-hal berikut :
a.       Membedakan senyawa organik jenuh dan senyawa organik tak jenuh
b.      Membedakan alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier
c.       Membedakan aldehid dan keton
III. LATAR BELAKANG TEORI
A.    Senyawa Organik Jenuh Dan Senyawa Organik Tak Jenuh
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen yang dapat di bedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana di golongkan sebagai senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa aromatik termasuk senyawa hidrokarbon tak jenuh. (Anonim, 2011: 19)
Ikatan pada alkana merupakan ikatan tunggal, kovalen, dan non polar. Oleh karena itu alkana relatif tidak reaktif. Alkana tidak bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi, karena sifatnya yang tidak bereaksi ini, alkana dapat digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi atau untuk  melakukan reaksi-reaksi kimia zat lain. Namun alkana bereaksi dengan beberapa pereaksi seperti oksigen dan halogen. Jika alkana dan halogen di simpan pada suhu rendah dalam kamar gelap, reaksi tidak terjadi. Di bawah sinar atau suhu tinggi terjadi reaksi eksoterm (Rasyid, Muhaidah, 2009:54-55)
Reaksi subtitusi umumnya terjadi pada alkana, sedangkan reaksi umum yang  terjadi pada alkena adalah reaksi adisi.
C
C
+ A-B
C
A
C
B
 


                  
Pada reaksi, ada 2  ikatan yang terlibat yaitu 1 ikatan  σ dari peraksi dan 1 ikatan π dari alkena, hasil yang diperoleh adalah dua ikatan I  yaitu ikatan C – A dan C – B, dalam hal ini perubahan ikatan σ menjadi 1ikatan baru tidak akan menyebabkan perubahan energi, sehingga dengan perubahan ini molekul baru yang dihasilkan akan mempunyai energi lebih rendah atau molekul tersebut lebih mantap.
Contoh reaksi subtitusi dan adisi :
a.      
Bromoetana
Cahaya
hv
CH3-CH3 + Br2                         CH3CH2 Br + HBr 
                                                                               
       
Reaksi Subtitusi


b.      Reaksi Adisi

                                 CH2      CH2 + Br2                        CH2— CH2

                                                                            Br        Br
                        1, 2– dibromoetana 
(Rasyid, Muhaidah,  2011:66).
            Benzena, C6H6 salah hidrokarbon induk  di senyawa yang sangat stabil yang dikenal dengan senyawa aromatik. Dalam benzena menyiratkan struktur yang sangat tidak jenuh, misalnya bandingan jumlah hidrogennya dengan heksana, C6H14, atau sikhloheksana C6H12 yang keduanya memiliki enam karbon yang tetapi jenuh. Meskipun rumus molekulnya demikian, benzena umumnya tidak berpindah seperti senyawa tak jenuh. Misalnya senyawa ini tidak menghilang warna larutan bromin seperti layaknya alkena dan alkuna atau mudah di okisdasi oleh kalium permanganat. Benzena  juga tidak mengalami reaksi adisi yang khas untuk alkena dan alkuna, sebaliknya reaski  utama benzena adalah subtitusi. Contohnya bila diolah dengan bromin dengan bantuan feri bromida sebagai katalis, benzena menghasilkan bromobenzena dan hidrogen bromida (Anonim, 2011).

B.     Alkohol dan Fenol
CH3 - CH2 - CH - CH3
        2 butanol     (Alkohol Sekunder)                               
       
OH
Adanya gugus OH atau Hidroksil adalah ciri khas alkohol dan fenol. Tergantung pada sifat atom karbon dimana gugus OH menempel, alkohol yang digolongkan menjadi tiga kelas
CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - 6H 
        1 butanol      (n– butyl alkohol)
                  (Alkohol Primer)                      
       
CH3 - C - OH      2 metal-2propanol (test– butyl alkohol)
CH3
CH3
(Alkohol Tersier)
 







CH2 - CH2
OH
OH
1,2 etandiol (etilena glikol)
Lebih dari satu gugus OH, mungkin terdapat dalam satu molekul, senyawa ini dinamakan alkohol polihidrat
CH2 - CH2- CH2
OH
OH
OH
1,2 , 3 - propanatial (gliserol)
 



OH
     Fenol
(Asam Karbolat)
OH
NO2
NO2
NO2
214,6-Trinitrofenol
Pada fenol, gugus hidroksil menempel pada cincin aromatic






Sebagai suatu kelompok senyawa, alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksilnya yang polar terhadap sifat molekulnya akan menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya sifatnya lelah seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol  berbobot molekul tinggi tidak demikian. Titik didih dan kelarutan fenol sangat bervariasi tergantung pada sifat subtitusi yang menempel pada cincin benzena                      (Petrucci. Ralph, 1985 – 268-269).
Kekuatan ikatan hidrogen jauh lebih kecil dibandingkan dengan ikatan kovalen, barangkali hanya 10% yaitu kira-kira 5-10 kkal/mol (20-40 kh/mol). Walau demikian pengaruhnya sangat nyata, karena itu, alkohol dan Fenol mempunyai titik didih relatif tinggi, karena kita harus memberikan kalor untuk menguapkan setiap molekul,ditambah dengan kalor untuk menguraikan ikatan hidrogen ini (Rasyid Muhaidah, 2009:128).
Kecepatan reaksi alkohol terhadap suatu reagen adalah berbeda-beda, demikian juga hasil yang diperoleh, bergantung pada golongan alkoholnya. Reaksi-reaksi yang dapat membedakan antara ketiga golongan tersebut adalah suatu reaksi yang sangat bermanfaat dalam menentukan strukrtur alkohol yang belum dikenal (Anonim, 2011: 21).
Semua alkohol mudah bereaksi dengan HBr dan HI mengahasilkan alkil bromida dan alkil iodida. Alkohol tersier, alkohol benzilik dan alkohol alilik juga muda bereaksi dengan HCl, tetapi alkohol primer dan alkohol sekunder kurang reaktif dan memerlukan bantuan ZnCl2 dan oksigen alkohol melemahkan ikatan C-O dan dengan demikian menaikkan kemampuan gugus oksigen ini untuk pergi (Fessenden,1986: 271).
Alkohol primer dan sekunder sangat mudah di oksidasi oleh asam kromat, sedangkan alkohol tersier tidak teroksidasi. Uji ini dilakukan dalam suatu larutan aseton dengan anhidrat kromat(Cr-VI) didalam asam sulfat. Alkohol yang di oksidasi mereduksi kromium menjadi Cr-III yang menimbulkan kekaburan dan berwarna kehijau-hijauan (Anonim, 2011: 22).
Sebagian besar fenol bersifat asam lebih lemah daripada asam karboksilat yang lebih kuat dari alkohol. Ketika fenol beraksi dengan suatu basa, fenol akan diubah menjadi anion fenoksida, sehingga fenol terlarut dalam larutan basa. Larutaan natrium hidroksida merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air. Tak satu pun basa yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah tertentu alkohol menjadi ion alkoksida (Asyhar, 2010).
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada suatu karbon tak jenuh (enol) memberikan warna merah jambu, ungu, atau hijau bergantung pada struktur berikan warna merah jambu, ungu, atau hijau bergantung pada struktur fenol atau enol dengan besi (III) klorida. Ini disebabkan oleh terbentuknya senyawa kompleks dengan besi, sedangkan alkohol tidak biasa tidak bereaksi. Oleh karena itu, uji ini dapat digunakan untuk membedakan fenol dengan alkohol (Anonim, 2011:22).
C.     aldehid dan keton
Aldehid da keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid dan keton termaksud senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif lain seperti –OH atau –Cl yadasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif lain seperti –OH atau –Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus –COOH (Anonim,2011).
H - C- C
O
C– H
O
CH3 - C- CH3
O
   Metanol (Pormaldehida)   
Benzaldehida 
                          Propanon(Aseton)
Jika kedua yang menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen senyawa tersebut termaksud golongan aldehida.




Oksidasi parsial dari alkohol menghasilkan aldehida (oksoda lanjutan menghasilka asam karboksilat). Oksidasi alkohol sekunder memberikan keton (Petrucci, Ralph. H, 1985 :271).
Mudahnya aldehida teroksidasi digunakan sebagai cara identifikasi adanya gugus aldehida dalam suatu senyawa. Beberapa reaksi identifikasi gugus aldehida, diantaranya adalah :
1.  
RCH + 2Ag (NH3)2+ + 3OH-          RCO + 2Ag   + 4NH3   +2H2O
                        Aldehida ion Komplek perak           anion         cermin
                amonia (Tak Berwarna)                    asam         Perak
O
O
Pereaksi tollens, digunakan ion kompleks perak amonia dalam suasana basa. Oksidasi aldehida ditandai dengan terbentuknya endapan putih mengkilat dari perak (cermin perak). Reaksinya




2.  
R-C-H + 2CU2+ + 5OH-          R-C-O + Cu2O + 3H2O
                        Larutan                                             Merah Bata         
                Biru                                                     (Endapan)
O
O
Pereaksi fehling digunakan kompleks Cu2+ dengan ion tartiat. Oksidasi ditandai denga terbentuknya endapan merah bata dari Cu2O. Reaksinya :



(Rasyid, Muhaidah, 2009:163-164).
Reaksi yang umum dari senyawa-senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan rangkap karbonil. Pereaksinya biasanya sebagai nukleofil. Aldehid dan keton yang tidak mengandung gugus besar disekeliling atom karbonil, bereaksi dengan laruta pekat natrium bisulfit, menghasilkan adisi yang berwujud hablur berwarna putih. Hasil adisi ini, bila bereaksi dengan asam akan membebaskana kembali senyawa karbonil, sehingga reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan senyawa karbonil dari campurannya dengan senyawa lain.

                                         OH
          O          -    +                      -    +
R-C       + HSO3Na        R-C-SO3Na
          H
                                         H
 



Pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dari amoniak dan senyawa sejenis, menyebabkan senyawa-senyawa ini dapat bereaksi sebagai nukleofil terhadap senyawa karbonilnya, misalnya fenilhidrazin bereaksi menghaslkan fenilhidrazon setelah hasil reaksi mula-mula terbentuk membebaskan satu mol air. Hasil reaksi ini seringkali berwujud hablur, sehingga dapat digunakan untuk identifikasi (titik leleh) aldehid dan keton (Anonim, 2011: 24).
Oleh karena anion enolat merupakan suatu nukleofil maka dapat ditambahkan kepada gugus karbonil lain. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon baru, berarti berguna untuk menambah rantai karbon dalam sintesis. Bila asetaldehid direaksikan dengan larutan basa encer, akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol yang apabila dipanaskan akan menyingkirkan air menghasilkan aldehid tak jenuh yaitu krotonoldehid.
                                     
                                       O    OH-             -                         O                                                        O                            O
                   CH3 - C                    H2C              +  H2O               CH3                        + CH2                                                                       H                                                                                                  H                             H
                                               
                                  O-              O                         OH            O   H2O                                          O
               CH3-CH-CH2-C              CH3-CH-CH3-C                CH3CH      CH-C      
                                         H                                  H                                       H
                                                Aldol                                            Krotonaldehid
 








                                                                                             O    
 O                                                                                           
                                                                          CH               C                          CH
 C– OH                                    OH                                CH           CH                       
            + CH3 - C- CH3   -2H2O 
Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol, tidak perlu kedua-duanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan benzaldehid yang tidak mempunyai atom hidrogen alfa, sehingga ia sendiri tidak dapat menjalani reaksi aldol.





(Anonim, 2011:27).
IV. ALAT DAN BAHAN
A.    Alat :
1.      Tabung reaksi besar 4 buah
2.      Tabung reaksi sedang 12 buah
3.      Rak tabung reaksi
4.      Gelas ukur 10 ml dan 25 ml
5.      Gelas kimia 250 ml dan 400 ml
6.      Kaki tiga, kasa
7.      Batang pengaduk
8.      Penjepit tabung reaksi
9.      Pipet tetes
10.  Labu bundar 200 ml
11.  Alat refluks 1 set
12.  Corong kecil
13.  Termometer 1100C
14.  Pembakar spiritus
15.  Kondensor spiral
16.  Labu semprot
17.  Pipa kapiler
18.  Erlemeyer 100 ml
19.  Penangas air
20.  Statif dan klem
21.  Neraca
22.  Wadah air
23.  Stopwatch
24.  Corong hirch
25.  Corong Buchner
26.  Sumbat karet 2 buah
B.     Bahan :
1.      Sikloheksena (      )
2.      Larutan KMnO4
3.      Larutan natrium hidroksida 5% dan  10% (NaOH)
4.      Etanol ( CH3 CH2OH)
5.      1-propanol (CH3CH2CH2OH)
6.      Larutan indikator fenolftalein (pp)
7.      2-propanol
8.      Reagen lucas
9.      n-butil alkohol (CH3 CH2 CH2 CH2OH )
10.  Reagen bordwell-wellman
11.  Aseton (             )
12.  Tertier butil alkohol( (CH3)3COH)
13.  Sikloheksanol (      )
14.  Etilen glikol (           )
15.  Asam asetat glacial (CH3COOH)
16.  Resorsinol (        )
17.  Kolesterol (             )
18.  Fenol(     )
19.  2-naftol  (             )
20.  Asetaldehid
21.  Formadehid (         )
22.  Benzaldehid (        )
23.  Sikloheksanon (       )
24.  Larutan perak nitrat 5% (AgNO3)
25.  Larutan amonium hidroksida (NH4OH)
26.  Logam natrium (Na)
27.  Fenilhidarzin (NH2-NHC6H5)
28.  Natrium asetat trihidrat (CH3COONa.3H2O )
29.  Alkana(CnH2n+2)
30.  O-kresol  (        )
V.    PROSEDUR KERJA
A.    Senyawa Jenuh dan Tak Jenuh
Reaksi hidrokarbon dengan larutan permanganat
1.      Memasukkan 1ml larutan KMnO4 0,5% ke dalam 2 tabung reaksi
2.      Menambahkan 5 tetes alkana ke dalam tabung yang satu dan 5 tetes sikloheksena ke dalam tabung yang lain
3.      Memasukkan 1 ml benzena ke dalam tabung reaksi ketiga lalu menambahkan 2 ml larutan KMnO4.
4.      Mengocok larutan dalam masing-masing tabung dengan baik lalu mengamati perubahan warna yang terjadi.
B.     Alkohol Primer, Alkohol Sekunder dan Alkohol Tersier
1.      Uji kelarutan
a.       Memasukkan 1 ml dar masing-masing senyawa berikut : etanol, n-butil alkohol, tert-butil alkohol sikloheksanol, etilen glikol dan fenol ke dalam enam tabung reaksi yang berbeda.
b.      Menambahkan 4 ml air ke dalam tiap-tiap tabbing reaksi kemudian kocok dan mengamati apa yang terjadi.
2.      Reaksi dengan alkali
a.       Menyiapkan empat buah tabung reaksi.
b.      Memasukan 1 ml n-butanol pada tabung I, 1 ml sikloheksanol pada tabung II, 1 ml fenol pada tabung III, 1 ml 2-naftol pada tabung IV.
c.       Menambahkan 10 ml NaOH 10% pada masinh-masinh tabung.
d.      Menempatkan seluruh tabung pada rak. Mengamati.
3.      Reaksi dengan natrium
a.       Memasukkan 2 ml dari masing-masing senyawa berikut dalam tabung reaksi yang berlainan : etanol, 1-propanol, 2-propanol, dan o-kresol (bila o-kresol berbentuk kristal, panaska sedikit agar melebur).
b.      Menambahkan sepotong kecil logam natrium ke dalam masing-masing tabung reaksi dan mencatat hasilnya.
c.       Menambahkan ke dalam larutan yang diperoleh beberapa tetes indikator pp. Hati-hati saat  membuang isi tabung reaksi yang berisi natrium yang belum bereaksi, sebab natrium bereaksi  deras dengan air. Untuk itu, menambahkan etanol secukupnya untuk menghilangkan semua natrium yang belum bereaksi.
4.      Uji lucas
a.       Memasukkan 2 ml reagen lucas ke dalam empat tabung reaksi
b.      Menambahkan kira-kira 5 tetes alkohol yag hendak diuji :1-butanol, 2-propanol, sikloheksanol, dan tert-butil alkohol kemudian mengocoknya dan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai larutan menjadi keruh dan memisah menjadi 2 lapisan.
5.      Uji bordwell-wellman
a.       Memasukkan 1 ml aseton (aseton yang telah didestilasi denga KMnO4 untuk menyingkirkan isotop alkohol) di dalam 4 tabung reaksi yang berlainan
b.      Menambhakan 1 tetes cairan alkohol atau beberapa kristal (10mg) dari zat padat alkohol yang hendak diuji ke dalam masing-masing tabung res cairan alkohol atau beberapa kristal (10mg) dari zat padat alkohol yang hendak diuji ke dalam masing-masing tabung reaksi. Alkohol yang diuji yaitu : 1-butanol, 2-propanol, tert-butil alkohol, dan kolesterol.
c.       Mengocok hingga larutan menjadi jernih. Selanjutnya menambahkan satu tetes reagen bordwell-wellman sambil mengocoknya dan mengamati perubahan yang terjadi.
6.      Reaksi fenol dengan besi (III) klorida
a.       Melarutkan satu atau dua kristal, atau satu atau dua tetes senyawa yang hendak diuji ke dalam 5 ml air pada tiga buah tabung yang berlainan. Alkohol yang diuji : fenol, resorsinol, dan 2-propanol
b.      Memasukkan satu atau dua tetes larutan besi (III) klorida dalam masing-masing tabung reaksi kemudian mengocoknya.
C.     Aldehid dan Keton.
1.      Uji cermin kaca tollens
a.       Menambahkan 2 tetes larutan NaOH 5% ke dalam 2 ml larutan perak nitrat 5% kemudian mengocok dengan baik
b.      Menambahkan tetes demi tetes sambil menggoncang larutan NH4OH 2% secukupnya, untuk melarutkan endapan.
c.       Menyiapkan 4 tabung reaksi yang berisi reagen tollens. Menguji benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formaldehid, dengan cara menambahkan masing-masing 2 tetes bahan tersebut
d.      Menggoncang campuran dan mendiamkan selama sepuluh menit. Bila reaksi tidak terjadi, menempatkan tabung reaksi di dalam air panas (550) selama 5 menit kemudian mencatat apa yang terjadi.
2.      Uji fehling dan benedict
a.       Menambahkan 5 ml reagen benedict atau fehling ke dalam masing-masing tabung dari 4 tabung reaksi
b.      Menambahkan beberapa tetes bahan yanga akan diuji ke dalam masing-masing tabung. Baha yang diuji : formaldehid, benzaldehid, aseton, dan sikloheksanon.
c.       Menempatkan tabung reaksi di dalam air mendidih, dan mengamati perubahan yang terjadi setelah 10-15 menit
3.      Pengujian dengan fenilhidrazin
a.       Memasukkan 5 ml fenilhidrazin ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan 10 tetes bahan yang di uji yaitu benzaldehid dan sikloheksanon
b.      Menutup tabung reaksi dan menggoncangnya dengan kuat selama 1-2 menit hingga hasilnya menghablur
c.       Menyaring fenilhidrazon ini dengan corong Hirsch, mencuci denga sedikit air dingin dan mengkristalisasikan dengan sedikit methanol atau etanol
d.      Mengeringkan kristal dan menentukan titik lelehnya.
4.      Kondensasi aldol
a.       Menambahkan 1 ml asetadehid pada 8 ml larutan NaOH 1%, menggoncang dengan baik dan mencatat baunya.
b.      Mendidihkan campuran selama 3 menit dan dengan hati-hati mengamati bau tengik yang khas dari asetaldehid yang terbentuk
c.       Menyusun alat untuk merefluks menggunakan labu 50 ml
d.      Menambahkan 20 ml etanol, 2 ml aseton, 4 ml benzaldehid, dan 5 ml larutan NaOH 5% di dalam labu kemudian menyambungkan labu kepada kondensor dan refluks campuran selama 5 menit.
e.       Mendinginkan labu dan mengumpulkan kristal dengan penyaring Buchner. Jika perlu melakukan rekristalisasi dari etanol dan menentukan titik lelehnya.
VI.          HASIL PENGAMATAN
A.    Senyawa Jenuh dan Tak Jenuh.
Tabung I          : 1 ml KMnO4 0,5% (ungu) ditambah dengan 5 tetes alkana  (tak berwarna) menghasilkan larutan berwarna ungu.
Tabung II        : 1 ml KMnO4 0,5% (ungu) ditambah dengan 5 tetes sikloheksena tidak berwarna menghasilkan endapan coklat kehitaman larutan bening.
Tabung III       : 1 ml benzena (tidak berwarna) ditambahkan dengan 2 ml KMnO4 menghasilkan 2 lapisan, lapisan atas (tak berwarna) dan lapisan bawah berwarna ungu.
B.     Alkohol Primer, Alkohol Sekunder, dan Alkohol Tersier
1.      Uji kelarutan
Tabung I        : 1 ml etanol ditambah dengan 2 ml H2O menghasilkan larutan tidak berwarna
Tabung II :1 ml n-butil alkohol ditambahkan dengan H2O menghasilkan larutan tidak berwarna
Tabung III     : 1 ml tert-butil alkohol ditambah dengan 2 ml H2O menghasilkan larutan tidak berwarna
Tabung IV     : 1 ml sikloheksanol ditambah dengan 2 ml H2O menghasilkan larutan tidak berwarna
Tabung V       : 1 ml etilen glikol ditambah dengan 2 ml H2O menghasilkan larutan keruh dan terbentuk 2 lapisan
Tabung VI     : 1 ml fenol ditambah dengan 2 ml H2O menghasilkan larutan tidak berwarna
2.      Reaksi dengan alkali
Tabung I        : 1 ml n-butil alkohol (tidak berwarna) ditambahkan dengan 10 ml NaOH 10% menyebabakan terbentuknya 2 lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah tidak berwarna
Tabung II       :1 ml sikloheksanol (tidak berwarna) ditambahkan dengan 10 ml NaOH 10% menyebabakan terbentuknya 2 lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah tidak berwarna serta ada gelembung
Tabung III     : 1 ml fenol (tidak berwarna) ditambahkan dengan 10 ml NaOH 10% menyebabakan terbentuknya 2 lapisan, lapisan atas dan lapisan bawah tidak berwarna.
Tabung IV     : 1 ml 2-naftol (tidak berwarna) ditambahkan dengan 10 ml NaOH 10% menghasilkan larutan tidak berwarna
3.      Reaksi dengan natrium
Tabung I           : Mencampur 2 ml etanol dengan logam nol dengan logam natrium kemudian menambahkan 3 tetes indikator pp menghasilkan larutan bening.
Tabung II          : Mencampurkan 2 ml 1-propanol dengan logam nol dengan logam natrium kemudian menambahkan 3 tetes indikator pp menghasilkan larutan bening.
Tabung III        : Mencampur 2 ml 2-propanol dengan logam nol dengan logam natrium kemudian menambahkan 3 tetes indikator pp menghasilkan larutan bening.
Tabung IV        : Mencampurkan 2 ml o-kresol dengan logam nol dengan logam natrium kemudian menambahkan 3 tetes indikator pp menghasilkan larutan berwarna orange dan bergelembung.
4.      Uji lucas
Tabung I       : larutan 2 ml reagen lucas yang ditambahkan dengan n-butil alkohol 5 tetes kemudian mengocoknya tidak mengalami perubahan warna tetap bening
Tabung II     : larutan 2 ml reagen lucas yang ditambahkan dengan 5 tetes 2-propanol kemudian mengocoknya tidak mengalami perubahan warna tetap bening.
Tabung III    : larutan 2 ml reagen lucas yang ditambahkan dengan 5 tetes sikloheksanol kemudian mengocoknya tidak mengalami perubahan warna tetap bening.
Tabung IV    : larutan 2 ml reagen lucas yang ditambahkan dengan 5 tetes tert-butil alkohol kemudian mengocoknya menyebabkan terbentuknya 2 lapisan, lapisan atas bening dan lapisan bawah keruh.
5.      Uji bordwell-wellman
Tabung I       : larutan 1 ml aseton yang ditetesi n-butil alkohol menghasilkan larutan bening. Larutan ini kemudian ditambahkan dengan 1 tetes reagen bordwell-wellman berwarna orange menghasilkan larutan berwarna hijau dan ada endapan berwarna hitam.
Tabung II     : larutan 1 ml aseton yang ditetesi 2-propanol  menghasilkan larutan bening. Larutan ini kemudian ditambahkan dengan 1 tetes reagen bordwell-wellman berwarna orange menghasilkan larutan berwarna hijau dan ada endapan berwarna hitam.
Tabung III    : larutan 1 ml aseton yang ditetesi tert-butil alkohol menghasilkan larutan bening. Larutan ini kemudian ditambahkan dengan reagen bordwell-wellman berwarna orange tidak mengalami perubahan tetap berwarna orange dan ada endapan putih
Tabung IV    : 10 ml larutan aseton yang ditambahkan dengan 0,1 gram kolesterol menghasilkan larutan berwarna bening, kemudian larutann ini ditambahkan 10 tetes reagen bordwell-wellman berwarna orange menghasilkan larutan berwarna orange dan endapan hijau.
6.      Reaksi fenol dengan besi (III) klorida
Tabung I       : 5 ml H2O dicampurkan dengan 2 tetes fenol (bening) dan 2 tetes FeCl3 (kuning muda) menghasilkan larutan berwarna ungu muda.
Tabung II     : 5 ml H2O dicampurkan dengan 2 tetes 2-propanol (bening) dan 2 tetes FeCl3 (kuning muda) menghasilkan larutan berwarna ungu emas
Tabung III    : 5 ml H2O (bening) yang dicampur dengan 1 sendok resorsinol (serbuk coklat) dan 2 tetes FeCl3 (kuning muda) menghasilkan larutan yang tetap berwarna coklat yaitu warna dari larutan resorsinol
C.     Aldehid dan Keton
1.      Uji cermin kaca tollens
a.       2 ml larutan perak nitrat (AgNO3) 5% ditambahkan dengan 2 tetes NaOH menghasilkan endapan hitam, kemudian ditambahkan tetes demi tetes NH4OH 2% sambil menggoncangnya yang bertujuan melarutkan endapan hingga bening
b.      4 tabung diisi dengan reagen tollens:
Tabung I        : 3 tetes reagen tollens ditambahkan dengan 3 tetes benzaldehid yang kemudian dipanaskan setelah sebelumnya didinginkan 10 menit menghasilkan endapan perak keungu-unguan.
Tabung II       : 3 tetes reagen tollens ditambahkan dengan 3 tetes formaldehid yang kemudian dipanaskan setelah sebelumnya didinginkan 10 menit menghasilkan cermin perak.
Tabung III     : 3 tetes reagen tollens ditambahkan dengan 3 tetes aseton yang kemudian dipanaskan setelah sebelumnya didinginkan 10 menit menghasilkan larutan berwarna putih keabu-abuan
Tabung IV     : 3 tetes reagen tollens ditambahkan dengan 3 tetes sikloheksanon yang kemudian dipanaskan setelah sebelumnya didinginkan 10 menit menghasilkan larutan dengan endapan putih.
2.      Uji fehling dan benedict
a.       Mencampurkan 5 ml fehling A (biru muda) dengan 5 ml fehling B (bening) menghasilkan larutan berwarna biru tua
b.      Mengisi 4 tabung denga reagen fehling/benedict
Tabung I       : 3 tetes reagen fehling (biru tua) ditambah dengan 3 tetes formaldehid kemudian dipanaskan menghasilkan cermin perak berupa endapan
Tabung II     : 3 tetes reagen fehling (biru tua) ditambah dengan 3 tetes benzaldehid kemudian dipanaskan menghasilkan endapan biru muda.
Tabung III    : 3 tetes reagen fehling (biru tua) yang ditambahkan dengan 3 tetes aseton kemudian dipanaskan menghasilkan endapan berwarna biru pekat
Tabung IV    : 3 tetes reagen fehling (biru tua) yang ditambahkan dengan 3 tetes sikloheksanon kemudian dipanaskan menghasilkan endapan biru
3.      Pengujian dengan fenilhidrazin
2 tabung reaksi yang berisi fenilhidrazin 5 ml, kemudian tabung I ditambahkan benzaldehid sebanyak 10 tetes, terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah berwarna kuning dan lapisa atas terbentuk endapan warna kuning muda. Kedua lapisan kemudian disaring dengan kertas saring berlipat. Kemudian hasil penyaringan yang berupa kristal kita timbang sehingga diperoleh beratnya=1,7 garam dan titik leleh 900C. Pada tabung kedua ditambahkan dengan sikloheksanon (bening) menghasilkan larutan bening dan tidak ada endapan.
4.      Kondensasi aldol
Etanol (bening) 20 ml dicampur dengan 2 ml aseton (bening), 4 ml benzaldehid (bening) dan 10 ml NaOH 5% (bening) menghasilkan larutan bening pucat (keruh). Pada awal pemanasan larutan menjadi warna jingga muda, kemudian setelah 5 menit larutan menjadi jingga dan setelah didinginkan larutan berubah menjadi kristal berwarna jingga. Kristal kemudian disaring menggunakan corong Buchner dengan kertas saring bundar. Kemudian hasil dari penyaringan (kristal) ditimbang beratnya dan menghasilkan berat 2,8 gram dan menentukan titik lelehnya dengan memanaskan sehingga meleleh dan diperoleh titik leleh 1100C.
VII.          ANALISIS DATA
Diketahui :
Massa jenis benzaldehid                                       = 1,04 g/ml
Massa jenis fenilhidrazin                                       = 1,1 g/ml
Mr benzaldehid                                                     = 106, 13 g/mol
Mr fenilhidrazin                                                    = 108 g/mol
Volume fenilhidrazin                                            = 5 ml
Volume benzaldehid pada uji fenilhidrazin          = 1 ml
Massa fenilhidrazon                                              = 1,7 gram
Massa jenis aseton                                                 = 0,79 g/ml
Mr aseton                                                              = 58,08 g/mol
Volume aseton pada kondensasi aldol                  = 1 ml
Volume benzaldehid pada kondensasi aldol        = 4 ml
Massa dibenzalaseton                                           = 2,8 gram
Ditanyakan :
a.       Rendemen pada uji fenilhidrazin=……………..?
b.      Rendemen pada kondensasi aldol=………………?
Penyelesaian :
a.      
 mol
Fenilhidrazin + benzaldehid  fenilhidrazon
 +    
M             0,05 mol              0,0097 mol  
B              0,0097 mol          0,0097 mol                0,0097 mol
S              0,0403 mol              0                            0,0097 mol
          
b.     


 


                 +
M         0,078 mol                  0,014 mol
B          0,028 mol                  0,014 mol                                            0,014 mol
S          0,05 mol                         0                                                     0,014 mol
VIII.       PEMBAHASAN
A.       Senyawa Jenuh dan Tak Jenuh
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya karbon dan hidrogen yang dapat dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana digolongka sebagai hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa aromatik termaksud senyawa tak jenuh.
Pada percobaan kali ini kita menggunakan larutan alkana, sikloheksena, dan benzena untuk menguji ketidakjenuhan suatu senyawa. Larutan penguji yang digunakan adalah KMnO4. KMnO4 digunakan sebagai larutan penguji karena merupakan agen pengiksidasi yang mampu mengoksidasi ikatan rangkap karbon-karbon, dan berlangsung melalui perubahan warna larutan. Dari hasil pengamatan tabung satu yang berisi larutan alkana tidak berwarna yang ditambahkan dengan larutan KMnO4 berwarna ungu tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwana ungu. Hasil yang diperoleh ini sesuia dengan teori yang menyatakan bahwa alkana tidak bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi, dan alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap.
Tabung II berisi larutan sikloheksena tidak berwarna yang dicampur dengan larutan KMnO4 berwarna ungu menghasilkan larutan berwarna bening dan endapan berwarna coklat kehitaman. Hasil ini menunjukkan bahwa sikloheksena dapat bereaksi dengan KMnO4 dan telah sesuia dengan teori yang ada. Dalam teori dinyatakan bahwa alkena lebih mudah dioksidasi dengan larutan kalium permanganat mengasilkan senyawa glikol yaitu senyawa dengan dua gugus hidroksil yang berdampingan yang ditandai dengan perubahan warna ungu dari permanganat menjadi endapan coklat mangan dioksida. Dari pernyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sikloheksena merupakan golongan alkena yang merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh.
            CnH2n+2 + KMnO4
Tabung III berisi larutan benzena yang dicampur denga larutan KMnO4 tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna ungu. Hasil ini menunjukkan benzena tidak bereaksi dengan KMnO4 dan hal ini telah sesuai denga teori karena meskipun benzena termaksud senyawa tak jenuh, namun tidak mengalami reaksi-reaksi seperti alkena. Benzena tidak mudah mengalami oksidasi dan lebih mudah substitusi daripada adisi sehingga diperlukan perlakuan khusus seperti pemanasan agar dapat mengalami reaksi adisi yang karakteristiknya memiliki reaksi substitusi sehingga cincin benzena yang memilki gugus alkil dapat dioksidasi dengan tempratur yang lebih tinggi dan dengan katalis lain. Adapun reaksinya
1.                                                            
                                                 + KMnO4                            3         + 2 MnO4 + 2 KOH
                                            
                                            (coklat)
4 H2O
(Coklat)
            
2.                
+  KMnO4
                                                             
3.       

B.        Alkohol Primer, Alkohol Sekunder dan Alkohol Tersier
1.Uji kelarutan
Sebagian kecil alkohol larut dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika ukuran gugus alkil bertambah besar, kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan ikatan hidrogen anatara gugus hidroksi dengan air. Jika gugus non polar terikat pada cincin aromatik, kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini menjadikan alasan mengapa gugus non polar disebut gugus hidrofob. Selain dipengaruhi oleh gugus hidroksil, kelarutan alkohol dalam air juga dipengaruhi oleh jumlah atom C-nya. Pada umumnya alkohol yang mampunyai jumlah atom C 1-3 akan larut sempurna dalam air, jumlah atom C 4-5 akan sedikit larut dalam air, dan jumlah atom C > 6 akan tidak larut dalam air.  
Pada percobaan ini kita    menggunakan etanol, n-butil alkohol, tert-butil alkohol, siklohesanol, siklohesanol, etilen glikol dan fenol untuk menguji dan membuktikan kelarutan suatu alkohol dalam air berdasarkan teori yang ada. Tabung satu berisi 1 ml etanol dan ditambahkan dengan larutan air menghasilkan larutan tidak berwarna dalam waktu yang cepat. Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa etanol larut dalam air dan telah sesuai dengan teori karena etanol mengandung 2 atom C dimana dari teori dinyatakan bahwa alkohol yang mempunyai atom C 1-3 akan larut sempurna dalam air. Tabung dua berisi larutan n-butil alkohol yang ditambahkan dengan H2O juga menghasilkan larutan tak berwarna yang menandakan larutan n-butil alkohol larut dalam air. Hal ini telah sesuai dengan teori, namun jika dilihat dari kecapatannya maka etanol lebih cepat disbanding dengan n-butil alkohol karena larutan n-butil alkohol mengandung atom C 4 yang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat bereaksi dengan air. Tabung III berisi larutan tert-butil alkohol yang ditambahkan dengan H2O menghasilkan larutan bening. Hasil dari tabung ini menandakan bahwa tert-butil alkohol larut dalam air dan telah sesuai dengan teori. Tabung empat berisi larutan sikloheksanol ditambah dengan H2O menghsailkan larutan tak berwarna yang menandakan bahwa larutan  ini larut dalam air, dan ini telah sesuai dengan teori, namun kecepatannya  bahwa larutan  ini larut dalam air, dan ini telah sesuai dengan teori, namun kecepatannya sangat lama dibanding pada 3 tabung sebelumnya karena sikloheksanol memiliki rantai karbon yang lebih panjang.
Tabung lima berisi larutan etilen glikol dan H2O yang menghasilkan larutan keruh yang menandakan larutan ini tidak larut dalam air dan hasil ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin banyak gugus OH yang terikat pada rantai karbonyang menyatakan bahwa semakin banyak gugus OH yang terikat pada rantai karbon maka semakin sulit untuk bereaksi dengan air. Tabung enam berisi larutan fenol yang ditambahkan dengan H2O yang menghasilkan larutan bening (tidak berwarna) yang menandakan larutan ini larut dalam air. Hasil ini telah sesuai yang menghasilkan larutan bening (tidak berwarna) yang menandakan larutan ini larut dalam air. Hasil ini telah sesuai dengan teori dengan teori yang ada namun kelarutan dalam air yang ada namun kelarutan dalam air sangat lambat dibanding dengan alkohol karena fenol terikat oleh cincin aromatik. Adapun reaksinya   :
a.         
CH3 CH2OH + H2O
+ 2 H2
 
Etanol

b.  
+  2 H2
CH3 CH2 CH2 CH2OH + H2O                                    +
 
+ H2O
O
CH3
CH3
C
CH
+  2 H2
n-butil alkohol
c.     

 
 tert-butil alkohol
+ H2O
+ H2O
d.       


e.              


etilen glikol
2.Reaksi dengan alkali
Sebagian besar fenol Sebagian besar fenol bersifat asam yag lebih lemah dari asam karoksilat dan asam yang lebih kuat dari alkohol. Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, feno Ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai garam fenoksida). Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air. Tak satu pun diantara basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah alkohol menjadi ion alkoksida.
Pada percobaan ini reaksi alkohol dengan alkali bertujuan untuk menentukan tingkat keasaman suatu alkohol. Larutan penguji yang diguanakan adalah NaOH karena merupakan basa kuat. Uji positif pada reaksi ini ditandai dengan bercampurnya larutan secara sempurna. Tabung satu berisi larutan n-butil alkohol yag dicampur dengan NaOH menghasilkan 2 lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah bening. Hasil ini menandakan bahwa n-butil alkohol tidak beraksi dengan NaOH. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa alkohol sukar bereaski dengan NaOH karena tingkat keasamannya yang lebih mendekati keadaan netral. Semakin panjang rantai karbon pada alkohol maka akan semakin sukar bereaksi dengan NaOH dan cendrung bersifat basa jika dilihat dari nilai pKa. Tabung dua berisi larutan sikloheksanol yang dicampur dengan NaOH menghasilkan 2 lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah bening. Hasil ini juga menunjukkan bahwa sikloheksanol tidak bereaksi dengan NaOH dan telah sesuai dengan teori yang ada, dimana sikloheksanol memiliki rantai karbon yang panjang sehingga sukar bereaksi dengan NaOH.
Tabung tiga berisi larutan fenol (bening) ditambahkan dengan NaOH (bening) menghasilkan  dengan NaOH (bening) menghasilkan larutan bening atau tidak berwarna. Hasil ini menunjukkan bahwa fenol beraksi dengan NaOH. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa fenol merupakan asam lemah yang dapat bereaksi dengan suatu basa, dan diubah menjadi anion fenoksida. Pada tabung empat berisi larutan 2-naftol dicampur2-naftol dicampur dengan NaOH mengasilkan larutan tak berwarna. Hasil ini juga menunjukkan bahwa 2-naftol dapat bereaksi dengan dengan NaOH 2-naftol merupakan suatu asam yang dapat bereaksi dengan suatu basa. Hal ini juga telah sesuai dengan teori yang ada. Adapun reaksinya :
a.      
+ NaOH                      
 
+ NaOH
O

      n-butil alkohol


b.       
                                          sikloheksanol

c.      
+ NaOH
+ H2O
 
      
         fenol
d.     
+ NaOH
+ H2O
 
       2-naftol
3.Reaksi dengan natrium
Alkohol bereaksi dengan logam natrium atau kalium dengan menghasilkan hidrogen dengan alkoksida.
     
Alkoksida yang dihasilkan adalah basa kuat yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-reaksi organik.
Uji natrium pada percobaan ini bertujuan untuk menguji keberadaan gugus OH dalam alkohol. Jika larutan mengandung gugus OH maka logam natrium akan larut dalam suatu larutan. Pada tabung satu berisi larutan etanol yang ditambah dengan natrium dan indikator pp menghasilkan larutan bening. Tujuan penambahan indikator pp adalah untuk mengetahui keadaan suatu larutan apakah bersifat asam atau basa. Dalam larutan asam akan menghasilkan larutan tak berwarna sedangkan larutan basa akan menghasilakan larutan berwarna merah. Dari hasil tabung stu ini dapat diketahui bahwa larutan etanol melarutkan logam natrium dan bersifat asam. Etanol bersifat asam namun asam yang sangat lemah dan cendrung bersifat basa. Hasil ini sesuai dengan teori yaitu suatu alkohol dapat bereaksi dengan logam natrium menghasilkan natrium alkoksida.
Tabung dua berisi larutan 1-propanol yang ditambahkan dengan logam natrium dan indikator pp menghasilkan larutan bening. Hasil ini telah sesuai dengan teori yaitu bahwa suatu suatu alkohol dapat bereaksi dengan natrium. Sifat larutan ini adalah bersifat asam tetapi asam yang sangat lemah, lebih lemah disbanding dengan etanol. Pada tabung ketiga berisi larutan 2-propanol yang ditambahkan dengan logam natrium dan indikator pp menghasilkan larutan bening yang menandakan bahwa reaksi ini berhasil dan telah sesuai dengan teori. Tabung keempat berisi larutan o-kresol yang berwarna orange ditambahkan dengan logam natrium dan indikator pp menghailkan larutan berwarna orange yang menadakan bahwa laruta ini bereaksi dengan logam natrium.
2 C2H5OH + 2 Na
2 C2H5ONa + H2
Kecepatan reaksi dengan logam natrium ini bergantung pada struktur alkohol. Alkohol primer gugus OH-nya lebih cepat digantikan oleh Na yang berfungsi sebagai pengoksidasi gugus OH. Kecepatan reaksi alkohol ini yaitu alcohol primer, alkohol sekunder kemudian alkohol tersier. Adapun reaksinya yaitu :
a.  
CH3-CH2-CH2-ONa  + 1/2 H2
CH3-CH2-CH2-OH  + Na                    
Etanol                             natrium etoksida
b.       
CH3-CH2-CH3
OH
+ Na
CH3-CH2-CH3
O-Na
+ 1/2 H2
1-propanol                                       natrium peroksida 
c.     

OH
CH3
+ Na
ONa
CH3
+ 1/2H2
      2-propanol                                            natrium isopropoksida


d.                         


    o-kresol                                                   o-natrium kresoksida
4.Uji lucas
Alkohol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Reaksi ini adalah sintesis umum untuk pembuatan alkil halida. Kecepatan reaksidari mekanismenya tergantung pada struktur alkohol. (30,20, atau 10), yaitu mekanisme menurut SN1 atau SN2.
Uji lucas pada percobaan ini bertujuan untuk membedakan  Alkohol primer, sekunder, dan tersier. Reagen lucas merupakan seuatu campuran asam klorida pekat dan seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang ketika ditambahkan asam klorida akan membuat larutan menjadi lebih asam. Pada percobaan ini tabung I berisi larutan n-butil alkohol dan reagen lucas yag tidak mengalami suatu reaksi yaitu larutan tetap bening. Hasil ini telah sesuai dengan teori karena n-butil alkohol merupakan alkohol primer yang dalam teori dinyatakan bahwa alkohol primer tidak dapat bereaksi dengan reagen lucas kecuali jika larutan dipanaskan maka dapat bereaksi. Tabung II berisi larutan 2-propanol dengan reagen lucas yang juga tidak mengalami perubahan yaitu larutan tetap bening. Hasil ini juga telah sesuai dengan teori karena 2-propanol memiliki struktur alkohol sekunder yang hanya dapat bereaksi dengan reagen lucas jika dipanaskan.
Pada tabung III yang berisi larutan sikloheksanol dan reagen lucas tidak mengalami perubahan tetap berwarna bening. Ini terjadi karena struktur dari sikloheksanol yang merupakan alkohol sekunder. Pada tabung IV yang berisi larutan tert- butil alcohol mengalami reaksi yaitu dengan terbentuknya 2 lapisan, lapisan atas bening dan lapisan bawah keruh. Hasil ini telah sesuai dengan teori yaitu kecepatan reaksi tergantung pada kestabilan karbokation (30,20, atau 10) yaitu mekanisme SN1 atau SN2. Adapun reaksinya yaitu :
a.      
CH3 CH2CH2CH2OH + HCl            CH3 CH2CH2CH2Cl + H2O
 
                 n-butil alkohol
b.     
CH3-C-CH3
OH
+ HCl
CH3-C-CH3
 Cl
+ H2O
 
                                                                                   
                                              2-propanol                                   2-propilklorida
c.      
ZnCl2
+ HCl
+ H2O
 
          
   Sikloheksanol
ZnCl2
+ HCl
+ H2O
 
d.       


  tert-butil alkohol
5.Uji bordwell-wellman
Alkohol dengan paling sedikit satu hidrogen melekat pada karbon pembawa gugus hidroksil dapat dioksidasi menjadi senyawa-senyawa karbonil. Alkohol primer menghasilkan aldehid yang dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam, alkohol sekunder menghasilkan keton. Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi.
Uji bordwell-wellman pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan jenis alkohol yang mudah dioksidasi. Pada tabung satu yang berisi larutan aseton ditambah dengan 1-butanol dan reagen bordwell-wellman yang berwarna orange menghasilkan larutan berwarna hijau dan ada endapan berwarna hitam. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa alkohol primer dan alkohol sekunder sangat mudah dikosidasidan 1-butanol merupakan alkohol primer. Tabung II berisi larutan aseton yang ditambahakan dengan 2-propanol dan reagen bordwell-wellman berwarna orange menghasilkan larutan berwarna hijau dan ada endapan hitam. Hasil ini telah sesuai dengan teori karena 2-propanol merupakan alkohol sekunder yang mudah dioksidasi.
CH3 CH2CH2CH2OH + CrO3- + H+
+Cr2++3H2O
Tabung III berisi larutan aseton yang ditambahkan dengan tert-butil alkohol dan reagen bordwell-wellman berwarna orange tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna orange. Hal ini menandakan bahwa tert-butil alkohol tidak dapat dioksidasi. Hasil ini telah sesuai dengan teori bahwa alkohol tersier tidak mengalami oksidasi karena tidak adanya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon untuk dilepaskan.  Tabung IV berisi larutan aseton yang ditambahkan dengan kolesterol dan reagen bordwell-wellman  menghasilkan larutan berwarna orange muda dan ada endapan hijau. Hasil ini menunjukkan uji positif karena kolesterol merupakan alkohol primer, namun warna yang dihasilkan tidak begitu jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan tabung yang tidak steril. Adapun reaksinya yaitu :
a.   
CH3 CH2CH2CH2OH + CrO3- + H+
+Cr2++3H2O
 
                                  n-butanol                                                     a butanoat
b.  
CH3-CH-CH3
OH
+CrO3- + H+
CH3-C-CH3
O
+Cr2++3H2O
 


                               
+ 2 CrO3- + H+
                               2-propanol                                                2-propanon
c.     

+ CrO3- + H+
+ Cr2++3H2O.
                           tert-butil alkohol
d.    

                                   
                                 kolesterol           
6.Reaksi fenol dengan besi (III) klorida
Fenol dan senyawa yang mengandung gugus hidroksil terikat pada suatu karbon tak jenuh (enol) memberikan warna merah jambu, ungu, atau hijau bergantung pada struktur berikan warna merah jambu, ungu, atau hijau bergantung pada struktur fenol atau enol dengan besi (III) klorida. inifenol atau enol dengan besi (III) klorida. Ini disebabkan oleh terbentuknya senyawa kompleks dengan besi, sedangkan alkohol tidak bisa bereaksi.
Pada percobaan ini kita menggunakan FeCl3 sebagai larutan penguji bertujuan untuk menguji keberadaan gugus hidroksil yang terikat pada suatu karbon tak jenuh. Uji positif pada reaksi ini ditandai dengan perubahan warna larutan. Tabung I yang berisi H2O yang ditambahkan dengan fenol dan FeCl3 berwarna kuning muda menghsilkan larutan berwarna ungu muda. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada yaitu bahwa jika suatu fenol direaksikan dengan FeCl3 memberikan perubahan warna yang bergantung pada struktur fenol. Reaksi ini terjadi pada larutan fenol karena fenol mengandung gugus hidroksil yang terikat pada suatu karbon tak jenuh yaitu pada cincin benzenanya sehingga membentuk senyawa kompleks.
Tabung II berisi H2O yang ditambahkan dengan 2-propanol dan FeCl3 berwarna kuning tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna kuning. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada karena 2-propanol merupakan alkohol dan kita ketahui bahwa gugus pada alkohol terikat pada karbon jenuh, bukan pada karbon tak jenuh. Tabung III berisi larutan H2O yang ditambahkan dengan resorsinol yang berwarna coklat dan FeCl3 berwarna kuning juga tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna coklat sesuai dengan warna resorsinol. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang ada karena resorsinol juga merupakan alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada karbon jenuh. Adapun reaksinya yaitu:
a.      
+ FeCl3
+ 3HCl
    

+ FeCl3
           Fenol
b.       
       2-propanol
c.      
+ 2 FeCl3                                              
 
                                   
                                    Resorsinol

C.     Aldehid dan Keton
1.Uji cermin kaca tollens
Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama yakni karbonil (C=O). Oleh karena itu, keduanya menjalalani reaksi-reaksi yang sama. Biasanya aldehid bereaksi lebih cepat dari keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Hal ini disebabkan adanya karbon karbonil dari aldehid yang lebih kurang terlindungi dibangdingkan dengan karbon karbonil pada keton. Begitu pula aldehid lebih mudah mengalami oksidasi daripada keton.
Uji cermin tollens ini bertujuan untuk membedakan antara aldehid dan keton dari segi tingkat oksidasi kedua senyawa. Pereaksi tollens sering disebut sebagai perak amoniakal yang merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebih. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak.
Tabung I berisi reagen tollens yang ditambahkan benzaldehid. Setelah dipanaskan menghasilkan endapan perak keungu-unguan. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang ada bahwa aldehid yang direaksikan dengan reagen tollens akan menghasilkan cermin perak yang menempel pada dinding tabung setelah dipanaskan dan kita tahu bahwa benzaldehid adalah senyawa aldehid. Pada tabung II berisi reagen tollens yang ditambahkan dengan formaldehid menghasilkan cermin perak yang berupa endapan setelah dipanaskan. Hasil ini menunjukkan uji positif dan sesuai dengan teori. Benzaldehid dan formaldehid menunjukkan uji positif karena golongan aldehid. Aldehid disini dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ direduksi menjadi logam Ag. Reaksi pada pereaksi tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
CHO
+2Ag(NH3)OH
CONH4
+2Ag  +NH3+H2O
Tabung III berisi reagen tollens yang ditambahkan dengan aseton menghasilkan endapan putih keabu-abuan setelah dipanaskan. Hassil ini sesuai dengan teori yang menyataka bahwa aseton yang merupakan golongan keton tidak dapat bereaksi dengan reagen tollens. Tabung IV berisi reagen tollens yang ditambahkan dengan sikloheksanon menghasilkan endapan putih setelah dipanaskan. Hasil ini juga sesuai dengan teori karena yang dihasilkan bukanlah cermin perak. Aseton dan sikloheksanon tidak dapat dioksidasi karena merupakan senyawa keton yang tidak memiliki atom hidrogen yang menempel pada atom karbon untuk dilepaskan. Keton dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibanding dengan aldehid dengan pengoksidasi yang lebih kuat yang mampu memutus ikatan rangkap karbon-karbonnya. Adapun reaksinya :

a.              
                                                                     
                                                                  Cermin perak       
H-C-H
O
+2Ag(NH3)OH
H-C-NH4
O
+2Ag  +NH3+H2O
Benzaldehid                                                               

b.       
                       Formaldehid                                                              cermin perak

c.      
+ 2 Ag(NH3)OH            
 


                             Aseton

d.           
+ 2 Ag(NH3)OH            
 
                      
                       Sikloheksanon        
2.Uji fehling dan benedict
Aldehid senyawa yang mudah dioksidasi menghasilkan asam karboksilat, yang mengnadung jumlah atom karbon sama banykanya sebaliknya, keton tidak menjalani reaksi serupa, karena pada oksidasi akan terjadi pemutusan karbon-karbon menghasilkan dua asam karboksilat yang jumlah karbonnya lebih sedikit dari semula (keton siklik menghasilkan suatu asam karboksilat yang mengandung atom karbon yang sama banyak). Perbedaan kereaktifan terhadap oksidator antara aldehid dan keton dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa karbonil ini.
Tujuan pengujian fehling atau benedict sama dengan reagen tollens yaitu membedakan antara aldehid dan keton berdasarkan tingkat oksidasinya. Perbedaannya jika reagen tollens menghasilkan cermin perak, pada reagen fehling atau benedict menghaslikan endapan berwarna merah bata. Pada percobaan ini tabung satu berisi larutan reagen fehling yang ditambahkan dengan formaldehid menghasilkan endapan. Hassil ini telah sesuai dengan teori yang ada. Tabung II berisi reagen fehling yang ditambahkan dengan larutan bemzaldehid menghalikan endapan biru muda setelah dipanaskan. Hasil ini sesuai dengan teori, namun warna endapan yanga dihasilkan tidak berwarna merah bata. Formaldehid dan benzaldehid mengalami uji positif pada reaksi ini karena merupakan aldehid yang dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Cu2+ direduksi menjadi Cu yang mampu mengubah ikatan C-H menjadi C-O.
Tabung III berisi larutan aseton yang ditambahkan dengan reagen fehling tidak mengalami perubahan warna dan endapan berwarna biru pekat. Hasil ini menunjukkan uji negatif. Pada tabung IV reagen fehling ditambahkan dengan sikloheksanon setelah dipanaskan juga tidak mengalami perubahan warna dan endapan biru. Hal ini menandakan aseton dan sikloheksanon tidak bereaksi karena merupakan keton yang tidak memiliki atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonilnya sehingga sukar untuk dapat bereaksi. Adapun reaksinya yaitu :
a.
H - C– H
O
+ 2CU2+ + 5OH
H - C– OH
 O
+ 2Cu2O + 3H2O
 
Formaldehid                                                                          endapan
CHO
+ 2CU2+ + 5OH
C=O-OH
                                                                                             merah bata

b.  
+ 2Cu2O + 3H2O
 
                                                                             endapan
                                                                             merah bata                                                      
+ 2Cu2+ + 5 OH-                         
benzaldehid
c.        
+ 2Cu2+ + 5 OH-                         
                            aseton
d.       
                        
                        sikloheksanon
3.Pengujian dengan fenilhidrazin
Beberapa jenis nukleofil nitrogen yang dapat yang dapat bereaksi dengan gugus karbonil diantaranya  adalah amonia, amina, dan hidroksil amina. Hasil adisi adalah struktur senyawa serupa dengan hemiasetal yang segera terdehidrasi. Reaksi serupa juga terjadi pada turunan amonia lainnya. Terhadap gugus karbonil. Salah satu turunan amonia adalah fenilhidrazin yang merupakan senyawa organik padatan kristal agak berminyak berwarna kuning yang digunkana untuk analisis penepatan adanya aldehid dan keton oleh terbentuknya fenilhidrazon,
Tujuan dari pengujian fenilhidrazin ini adalah untuk membedakan antara aldehid dan keton berdasarkan terbentuk tidaknya kristal dan titik lelehnya. Pada tabung satu berisi benzaldehid yang ditambahkan denga fenilhidrazin menghasilkan dua lapisan, lapisan bawah berwarna kuning dan lapisan atas terbentuk endapan warna kuning muda. Kristral yang dihasilkan pada percobaan ini memiliki berat yaitu 1,7 gram dan titik leleh 900C. Dari massa yang doperoleh ini maka diketahui rendemennya yaitu 91,89%. Hasil yang diperoleh ini menujukkan bahwa percobaan berhasil. Pada tabung dua berisi larutan fenilhidrazin dengan sikliheksanon tidak menghasilkan endapan karena tidak adanya gugus OH yang terikat yang dapat dilepaskan. Adapun reaksinya :
a.      
O
+
         
           +
                                    Fenilhidrazon
b.       
               

4.Kondensasi aldol
Oleh karena anion enolat merupakan suatu nukleofil maka dapat ditambahkan kepada gugus karbonil lain. Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon baru, berarti berguna untuk menambah rantai karbon dalam sintesis
Kondensasi aldol dilakukan dengan tujuan untuk membedakan antara aldehid dengan keton berdasarkan cara pembuatannya. Bila suatu keton direaksikan dengan basa encer, akan berkondensasi sesamanya menghasilkan menghasilkana aldol yang apabila dipanaskan akan menyingkirka air menghasilkan aldehid tak jenuh. Pada percobaan ini kita mencampurkan etanol, aseton, benzaldehid, dan NaOH. Pada proses pencampuran ini terbentuk aldol. Tujuan dari penggunaan NaOH yaitu sebagai katalis. Setelah dipanaskan terbentuk larutan berwarna jingga dan menyingkirkan air. Pada proses pendinginan larutan berubah warna jingga dalam bentuk kristal. Kristal ini kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner agar sampel atau kristal yang disaring dapat tertampung semua dan kristal dapat cepat kering. Kristal yang diperoleh memiliki berat yaitu 2,8 gram dengan titik leleh 1100C. Rendemen pada reaksi ini adalah 85,36%. Tandanya bahwa reaksi ini berhasil. Adapun ksi ini adalah 85,36%. Tandanya bahwa reaksi ini berhasil. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :

OH-
-2H2O
 +                                    
      
 
IX.             KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulakan bahwa :
1.      Senyawa organik jenuh adalah senyawa yang tidak dapat dioksidasi oleh KMnO4 karena tidak memiliki ikatan rangkap dan tidak mengalami reaksi adisi, sedangka senyawa organik tak jenuh adalah senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh KMnO4 karena memiliki ikatan rangkap dan mengalami reaksi adisi.
2.      Suatu alkohol dapat dibedakan dari reaksi-reaksi yang terjadi yaitu :
a.    Uji kelarutan, semakin panjang ikatan karbon suatua alkohol dan semakin banyak gugus OH yang terikat maka akan sulit larut dalam air.
b.   Alkohol tidak dapat bereaksi dengan NaOH karena sifatnya yang sangat cendrung menuju pada sifat basa yang dilihat dari nilai pKanya, sedangkan fenol dapat bereaksi dengan NaOH menghasilkan anion fenoksida. Fenol dapar bereaksi dengan NaOH karena merupakan suatu asam lemah.
c.    Pada uji natrium alkohol maupun fenol mampu melarutkan logam natrium karena mengandung gugus hidroksil, dimana natrium dapat menjadi netral saat bereaksi dengan alkohol. Kecepatan kelarutan logam natrium ini bergantung pada struktur alkohol yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier.
d.   Kecepatan reaksi alkohol dapat diketahui dengan uji lucas yaitu alkohol tersier lebih cepat bereaksi dibanding dengan alkohol sekunder dan alkohol primer yang membutuhka waktu yang cukup lama dan melalui pemanasan.
e.    Uji bordwell-wellman menentukan jenis alkohol yang mudah dioksidasi adalah alkohol primer yang akan dioksidasi menjadi aldehid lalu asam karboksilat, dan alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Sedangkan alkohol tersier tidak dapat dioksidasi karena tidak adanya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon yang akan dilepaskan.
f.    Fenol dan alkohol dapat dibedakan dengan uji besi (III) klorida. Fenol bereaksi dengan besi (III) klorida karena memiliki gugus hidroksil yang terikat pada suatu karbon tak jenuh sedangkan alkohol tidak bereaksi karena gugus hidroksilnya terikat pada karbon jenuh.
3.      Aldehid dan keton dapat dibedakan melalui :
a.    Uji cermin tollens yaitu suatu pengujian yang dapat membedakan aldehid dan keton berdasarkan tingkat oksidasinya dengan terbentuknya cerrmin perak. Aldehid dapat teroksidasi dengan reagen tollens karena memiliki ikatan C-H yang mampu diubah menjadi ikatan C-O, sedangkan keton tidak dapat dioksidasi karena tidak memilki ikatan C-H
b.   Aldehid dapat dioksidasi dengan reagen benedict atau fehling yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata,s edangkan keton tidak dapat karena tidak ada ikatan C-H yang dimiliki oleh keton untuk dioksidasi manjadi endapan merah bata.
c.    Fenilhidrazin dapat bereaksi dengan aldehid yang ditandai dengan terbentuknya kristal, sedangkan keton tidak dapat karena keton tidak memiliki gugus OH yang terikat yang dapat dilepas untuk digantikan.
d.   Kondensasi aldol dilakukan untuk membedakan aldehid dan keton dari proses pembentukannya. Saat bereaksi dengan basa menghassilkan aldol dan saat pemanasan akan menghasilkan aldehid tak jenuh.
B.       Saran
1.      Disarankan pada laboran agar menyingkirkan atau tidak memberikan alat yang cacat pada praktikan agar tidak terjadi kerusakan yang semakin parah pada alat dan praktikum dapat berjalan dengan baik
2.      Disarankan pada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti lagi dalam malakukan pengamatan agar hasil yang diperoleh benar-benar sesuai dengan teori yang ada.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://gotheblagnews.blogspot.com/2008/12/benjena.2.html. Diakses tanggal 28 April 2011.


Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Makassar : UNM

Asyhar. 2010. Alkohol dan Fenol. http://asyharstf08.wordpress.com/2010/02/06/alkohol-dan-fenol-uji-reaksi-kimia/. Diakses tanggal 6 Mei 2011.

Fessenden,R.J & Fessenden,J.S. 1986. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia Organik I. Makassar : UNM








LAMPIRAN
Senyawa Hidrokarbon Jenuh dan Tak jenuh
1.     
OH
+ 2KMnO4
H2O
OH
+ 2MnO4 + 2KOH
Endapan apa yang berwarna coklat pada reaksi sikloheksena dengan larutan KMnO4 ?
Jawaban : endapan yang berwarna coklat adalah endapan MnO4. Reaksinya yaitu

                                                                                                      Endapan coklat
Alkohol Primer, Alkohol Sekunder, dan Alkohol Tersier
2.      Kesimpulan apa yang dapat diambil mengenai kelarutan alkohol. Alkohol dalam air berdasarkan hasil percobaannya ? mana yang lebih sukar larut dalam air, 1-propanol atau 1-heptanol ?
Jawab : Kesimpul yang dapat diambil yaitu bahwa kelarutan alkohol dalam air ditentukan oleh panjang atau tidaknya ikatan karbon dan banyaknya ikatan gugus OH. Semakin panjang ikatan karbon maka semakin sukar larut dalam air. Yang lebih sukar larut adalah 1-heptanal karena rantainya lebih panjang dibanding dengan 1-propanol
3.     
+ NaOH
+ H2O
Tuliskan persamaan reaksi yang memperlihatkan kelarutan fenol dalam larutan 10%NaOH. Dari hasil pengamatan mana yang lebih asam, sikloheksanol atau fenol ?
Jawab : 

                          Fenol                             natrium fenoksida
Yang lebih asam adalah fenol yang jika dibandingkan dengan sikloheksanol yang merupakan alkohol dimana sifat alkohol cendrung basa.
4.      Bagaimana membedakan secara kimia antara iso-propil alkohol da benzena dan antara sikloheksanol dan fenol ?
Jawab : -Iso-propil alkohol dan benzena dapat dibedakan melalui reaksinya dengan oksidator KMnO4. Iso-propil alkohol merupakan alkohol sekunder yang teroksidasi pada suhu kamar sedangkan benzena tidak dapat dioksidasi.
-          Cara membedakan sikloheksanol dan fenol dapat dilakukan dengan reaksi besi (III) klorida yang dapat menyebabkan fenol lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan sikliheksanol karena fenol memiliki gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh
5.      Bagaimana pengaruh dari reagen lucas terhadap masing-masing senyawa berikut : isobutil alkohol, 1-metilsiklopentanol, dan 2-metilsiklopentanol?
Jawab : Dari ketiga senyawa diatas yang membutuhkan waktu lama untuk bereaksi dengan reagen lucas adalah isobutil alkohol, 2-metilsiklopentanol, dan 1-metilsiklopentanol. Hal ini dilihat dari struktur atom alkohol.
6.      Diantara alkohol yang tercantum pada soal 5, manakah yang tidak teroksidasi dengan reagen bordwell-wellman ?
Jawab : yang tidak teroksidasi dengan reagen bordwell-wellman adalah 1-metilsiklopentanol
Aldehid dan Keton
7.      Tuliskan persamaan reaksi untuk reaksi-reaksi berikut :
a.       Pereaksi tollens dengan formaldehid
b.      Pereaksi fehling dengan heptaldehid
c.       Pembuatan benzaldehid fenilhidrazon
d.      Pembuatan sikloheksanon oksim
e.       Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon
H-C-H
O
+2Ag(NH3)OH
H-C-NH4
O
+2Ag  +NH3+H2O
Jawab :
a.        

         formaldehid
b.     
+ 2CU2+ + 5OH
O
CH3(CH2)5 - C– H
+ 2Cu2O + 3H2O
    O
CH3(CH2)5 - C– OH
heptaldehid

O
+NH2
OH
NHOH
  H2O    
NOH
 
c.        



d.        



sikloheksanon
e.       2-propanon
                              + 4I                                         + 3HI
           
8.      Tuliskan semua peringkat di dalam reaksi kondensasi aseton dengan benzaldehid yang dikatalis oleh basa
Jawab : semua peringkat di dalam reaksi kondensasi aseton dengan benzaldehid dikatalis oleh basa reaksinya yaitu:
OH-
-2H2O
 +                                    
 


                                                                                                                                                                        
9.      Apakah penggunaan yang praktis dari reaksi tollens ? bagaimana membedakan secara sederhana antara :
a.       3-pentanol dengan pentanol
b.      Benzaldehid dengan asetofenon
Jawab : Penggunaan yang praktis yaitu kita dapat dengan mudah membedakan antara aldehid dan keton dengan pereagen tollens yang menghasilkan cermin perak jika direaksikan dengan aldehid. Cara membedakan :
a.       3-pentanol dengan pentanol yaitu dari sturktur alkohol yang berbeda. 3-pentanol memiliki struktur sekunder sedangkan pentanol primer, sehingga jika dioksidasi 3-pentanol menjadi keton dan pentanol menjadi aldehid.
b.      Benzaldehid dan asetofenon dibedakan dengan reagen tollens. Yang merupakan aldehid akan membentuk cermin perak saat direaksikan dengan reagen tollens, sedangkan senyawa keton yaitu asetofenon tidak karena tidak ada atom hidrogen yang terikat.
10.  Apakah peranan natrium asetat dalam pembuatan oksim ?
Jawab : Peranan natrium asetat adalah untuk memberikan suasana asam dalam larutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar