I.
JUDUL PERCOBAAN
Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis
II.
TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa harus mengerti
mengenai :
a.
Teknik-teknik
dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis
b.
Prinsip dasar
kromatografi
c.
Prinsip dasar
dari pengaruh substituent terhadap substitusi elektofil pada senyawa aromatik
III.
LATAR BELAKANG
TEORI
Kromatografi adalah teknik untuk
memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik
masing-masing komponennya. Alat yang digunakan terdiri atas komponennya. Alat yang digunakan terdiri atas
kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran
ditambahkan ke dalam kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan
bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan
laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan
adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam
(stasioner) (Takeuchi
Yoshito, 2009).
Pemisahan secara kromatografi dilakukan
dengan cara mengotak-atik langsung beberapa rapa sifat fisiknyasifat fisika
umum dari molekuli molekul. Sifat utama yang terlibat langsung ialah: (1)
kecendrungan molekul untuk melekat . Sifat utama yang terlibat langsung ialah:
(1) kecendrungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi
penyerapan), (2) kecendrungan molekul untuk melarut dalam cairan (klerutan),
dan (3) kecendrungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap
(keatisirian). Pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan
ditempatkan dalam keadaan demikian rupa sehingga kaomponen-komponennya harus
menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut (Gritter,1991:1).
Komponen-komponen utama kromatografi
adalah fasa stasioner dan fasa mobil dan kromatogarfi dibagi menjadi beberapa
jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya,seperti
ditunjukkan pada table dibawah ini
Kriteria
|
Nama
|
Fase mobil
|
Kromatografi
cair, kromatografi gas kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
|
Mekanisme
|
Kromatografi
pertukaran ion, kromatografi gel
|
Fase stasioner
|
Kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas
|
(Takeuchi,
Yoshito, 2009).
Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat
terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom (atau, seperti dalam
kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja
dasar pemisaha terletak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang
berbeda. Kita boleh menganggap laju perpindahan sebuah zat terlarut sebagia hasil
dari dua faktor, yang satu cendrung menggerakkan zat terlarut itu dan yang lain
menahannya. Dalam proses asli tswett, kecendrungan zat-zat terlarut untuk
menyerap pada fasa padat menahan pergerakan mereka, sementara kelarutannya
dalam fasa cair bergerak cendrung menggerakkan mereka. Perbedaan yang kecil
antara dua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan dalam inetraksinya dengan
pelarut yang bergerak menajdi dasar pemisahan bila molekul-molekul zat terlarut
itu berulang kali menyebar di antara dua fasa itu ke seluruh panjang kolom
(Underwood, 2002:487).
Kromatografi kolom klasik merupakan yang
tetua dari cara kromatografi yang banyak itu dan seperti yang dipraktekkan
secara tradisional merupakan bentuk kromatografi cair. Fase diam, baik bahan
yang jerap (kcp) atau film zat cair pada penyangga (kcc), ditempatkan di dalam
tabung kaca berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan ketup atau
keran, dan fase gerak dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat (Gritter, 1991:9),
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan,
dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang mamadai untuk
menerima sampel-sampel tanpa melamapaui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis
yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang-kurangnya sepuluh kali ukuran
diameternya. Bahan pengemasnya, suatu adsorsben seperti alumina atau mungkin
suatu resin pertukaran ion, dimasukkan dalam bentuk suspense ke dalam porsi
fasa bergerak dan dibiarkan diam di dalam hamparan basah dengan sedikit cairan
tetap berada di atas permukaannya. Keran dibuka, dan permukaan cairan dibiarkan
turun sampai mencapai puncak permukaan hamparan kemudian porsi kecil dari
larutan sampel dipipet dengan hati-hati ke atas puncak permukaan hamparan.
Larutan efluen keluaran dikumpulkan dalam sederatan fraksi volume yang tidak
merepotkan. Larutan tersebut dapat menetes jatuh ke dalam sebuah gelas beker
atau tabung uji tiap kali telah terkumpul sejumlah volume tertentu (Underwood,
2002:547).
Pada fenol, gugus OH mengaktifkan cincin
benzena. Oleh karena itu, pada nitrasi fenol dengan asam nitrat pekat,
dihasilkan campuran yang terdiri dari o-nitrofenol sebagai hasil
utama,p-nitrofenolerdiri dari o-nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenol
dalam jumlah yang lebih sedikit dan sedikit 2,4-dinitrofenol setra
2,4,6-trinitrofenol. Bila campuran hasil nitrasi yang masih kotor ini
dimasukkan ke dalam kolom yang berisi alumina (Al2O3) dan
dielusi dengan metilen klorida, maka fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan,
dimana masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya
ditentukan dengan kromatografi lapis tipis (Tim Dosen , 2011:39-40).
Jika kita menangani senyawa tidak
berwarna, efluen yang keluar dari dasar yang keluar dari dasar kolom harus
dipantau untuk mengetahui dimana larutan itu berada. Ini dapat dilakukan secara
terus-menerus dengan memakai detector yang cocok atau menganalisanya, biasanya
dengan KLT atau dengan menimbang masing-masing fraksifraksi setelah pelarutnya
diuapkan (Gritter,1991:10).
Dalam kromatografi lapis tipis maupun
kertas sedikit bahan di taruh pada daerah terbatas di dekat ujung selembar
kertas saring atau lapis tipis, dan suatu pelaruting atau lapis tipis, dan
suatu pelarut dibiarkan berdifusi dari ujung kertaas atau lapis tipis oleh
kerja kapiler; pada kondisi yang sesuai setelah beberapa waktu, campuran akan
dijumpai telah berpindah dari penotolan tadi da telah terpisah seluruhnya atau
sebagian menjadi komponen-komponennya sebagai zona yang jelas. Zona-zona dalam
bentuk noda-noda atau pita-pita dapat ditentukan letaknya dengan penggunaan
reagensia kimiayang sesuai kepada kertas itu atau oleh pendarah fluor
nitra-violet. Difusi pelarut dan pemisahan yang dihasilkan menjadi noda-noda
atau pita-pita kadang-kadang diberi istilah pengembangan kromatografi; istilah
ini sedikti menyesatkan dan tak boleh dikelirukan bila digunakan dalam arti
tersebut di atas dengan proses identifikasi berikutnya dengan mana zona-zona
itu dibuat nampak jelas oleh pengolahan kertas atau lapis tipi situ dengan
berbagai reagensia (Svehla, 1979:535).
Harga Rf cukup konstan asal semua
variable dikendalikan baik-baik. Namun dijumpai bahwa laju-luju relatif gerakan
itu konstan meskipun kendali kurang ketat, sehingga memungkinkan identifikasi
suatu pita pada sepotong kertas berdasarkan posisi relatif pita itu terhadap
pita-pita yang diketahui. Lagi pula dengan besarnya jumlah uji ‘bercak’ yang
tersedia untuk mendeteksi ion-ion anorganik secara terpisah, keharusan mengenai
harga Rf secara cermat, telah berkurang. Jika kemurnian pelarut, temperature
dan penjenuhan atmosfernya benar-benar dijaga, maka harga Rf dipengaruhi antara
lain oleh faktor-faktor berikut : (a) kehadiran ion lain, misalnya adanya
klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutan-larutan nitrat, (b)
keasaman larutan aslinya; ini dapat disebabkan oleh kebutuhan akan asam dalam
pembentukan kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk mencegah hidrolisis garam, (c)
waktu melakukan percobaan untuk sepotong kertas; kadang-kadang harga-harga Rf
mengikat dengan bertambahnya waktu dan ini mungkin berpadanan dengan
berkurangnya laju gerak garis depan pelarut, (d) adanya kation-kation lain dan
konsentrasi mereka
(Svehla, 1979:536).
IV.
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat :
1.
Kolom gelas 1 buah
2.
Erlemeyer 250 ml
1 buah
3.
Gelas ukur 10 ml
1 buah
4.
Gelas kimia 50
ml 7 buah
5.
Gelas kimia 100
ml 4 buah
6.
Botol
elusi/chamber 1 buah
7.
Termometer 1000C
1 buah
8.
Batang pengaduk
9.
Corong pisah
10. Sendok
panjang
11. Botol semprot
12. Bunsen, kaki tiga dan kasa asbes
13. Statif dan klem
14. Pipet tetes
B.
Bahan :
1.
Asam nitrat
pekat
2.
Fenol
3.
Natrium sulfat
anhidrat
4.
Kloform
5.
Kristal iod
6.
Aquades
7.
Silika gel TLC
8.
Alumunium oksida
9.
Pelat KLT
10. Es batu
11. Korek api
12. benzena
V.
PROSEDUR KERJA
A.
Nitrasi Fenol
1.
Memasukkan 3 ml
HNO3 pekat ke dalam 7 ml air, mendinginkan sampai 50C.
2.
Menambahkan
campuran ini dengan 3 gram fenol di dalam erlemeyer
3.
Sambil mengaduk,
mengatur suhu campuran antara 20-50C selam 15 menit
4.
Menambahkan 7 ml
air es lalu mengekstrak dua kali dengan 10 ml kloroform
5.
Mencuci
lapisan-lapisan organik yang telah digabung dua kali dengan air
6.
Mengeringkan
dengan Na2SO4 anhidrat
7.
Menyaring
campuran untuk memperoleh hasil dari nitrasi.
B.
Pembuatan
Kromatografi Kolom
1.
Menuangka
perlahan-lahan kloroform ke dalam kolom gelas dan menambahkan silika gel TLC
2.
Melakukan
berulang-ulang penambahan kloroform dan silika gel sampai tidak ada lagi ruang
untuk pengeluaran cairan
3.
Menuang lagi
kloroform ke dalam kolom gelas lalu mengelusi dengan kloroform hingga lapisan
bening habis.
4.
Menampung hasil
elusi lalu memasukkannya kembali ke dalam kolom gelas dan mengaduknya hingga
terbentuk dua lapisan
5.
Membuang lapisan
atas lalu memasukkan hasil nitrasi fenol
6.
Menambahkan
kloroform dan melakukan elusi
7.
Mangatur
pengeluaran kloroform dengan teratur
8.
Satu pita kuning
akan terlihat dengan jelas bila campuran bergerak menuruni kolom
9.
Menampung
fraksi-fraksi eluen bila tetes-tetes kuning sudah mulia keluar
C.
Pemerikasaan
Lapis Tipis
1.
Masing-masing
fraksi yang telah diperoleh di atas, meneteskannya pada pelat lapis tipis
silika gel.
2.
Menempatkan
pelat lapis tipis yang telah ditetesi fraksi tersebut secara berdiri dalam
chamber yang telah berisi benzena setinggi kira-kira 1 cm, lalu mengelusi
dengan benzena
3.
Tetesan noda
awal jangan sampai terendam. Setelah selesai mengelusi, kemudian mengeringakan
di udara dan bercak-bercak hasil pemisahan dapat dilihat setelah pelat disimpan
dalam botol yang berisi uap iod
4.
Menetukan harga
Rf dari noda-noda yang diperoleh.a-noda yang diperoleh.
VI.
HASIL PENGAMATAN
A.
Nitrasi Fenol
3 ml HNO3
+ 7 ml H2O larutan bening + 3 gram fenol larutan hitam (panas) endapan hitam larutan merah + H2O dingin endapan hitam larutan merah + klorofrom 2 kali denga 10 ml kloroform 2 lapisan, lapisan bawah hitam, lapisan atas
merah, lapisan bawah dicuci dengan 10 ml H2O
(dalam corong pisah) 2 lapisan, lapisan bawah hitam lapisan atas
merah. Lapisan bawah + Na2SO4 sampai larutan jenuh e ndapan putih larutan berwarna hitam.
B.
Pembuatan Kromatografi
Kolom
Silika gel TLC +
kloroform (bening) silika gel larut + silika gel TLC terbentuk 2 lapisan, atas bening dibawah
silika gel (fase diam) sampai larutan habis. Hasil penampungan
masukkan kembali dalam kolom gelas terbentuk 2 lapisan, lapisan atas bening,
bawah bentuk gel. Lapisan bening dibuang, lapisan gel + hasil nitrasi fenol 2 lapisan, atas hitam, lapisan bawah putih,
keruh (padat) + kloroform mengmpulkan fraksi sampai 8 fraksi
C.
Pemeriksaan Lapis Tipis
Hasil dari 8 fraksi
ditetesi pada pelat KLT dengan menggunakan pipa kapiler dengan gelas kimia yang berisi kristal iod
yang telah diuapkan. Menentukan Rf dengan cara mengeringkan di udara setelah
diuapkan dengan benzena
Diketahui : Jarak noda
Noda I = 0,50cm Noda
V = 0,50 cm
Noda II = 0,55cm Noda
VI = 0,50 cm
Noda III = 0,55cm Noda
VII = 0,55 cm
Noda IV = 0,45cm Noda
VIII = 0,55 cm
Jarak pelarut = 4 cm
Ditanyakan
: Rf = ……………………….?
Penyelesaian : (2,4,6-trinitrofenol)
(2,4,6- trinitrofenol )
(2,4,6- trinitrofenol )
(2,4,6- trinitrofenol )
(2,4,6- trinitrofenol )
(2,4,6- trinitrofenol )
(2,4,6- trinitrofenol )
(2,4,6- trinitrofenol )
VII.
ANALISIS DATA
Diketahui : Jarak noda
Noda I = 0,50cm Noda V = 0,50 cm
Noda II = 0,55cm Noda VI = 0,50 cm
Noda III = 0,55cm Noda VII = 0,55 cm
Noda IV = 0,45cm Noda
VIII = 0,55 cm
Jarak pelarut = 4 cm
Ditanyakan : Rf = ……………………….?
Penyelesaian :
n=
fraksi ke I-VIII
Untuk
fraksi I
(2,4,6-trinitrofenol)
Untuk
fraksi II
(2,4,6- trinitrofenol )
Untuk
fraksi III
(2,4,6- trinitrofenol )
Untuk
fraksi IV
(2,4,6- trinitrofenol )
Untuk
fraksi V
(2,4,6- trinitrofenol )
Untuk
fraksi VI
(2,4,6- trinitrofenol )
Untuk
fraksi VII
(2,4,6- trinitrofenol )
Untuk
fraksi VIII
(2,4,6- trinitrofenol )
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis kita melakukan 3 langkah umum yaitu nitrasi fenol,
pembuatan kromatografi kolom dan pengujian kromatografi lapis tipis. Ketiga
tahapan ini saling berkaitan satu sama lain.
Pada nitrasi fenol kita memasukkan HNO3
ke dalam air menyebabkan larutan menjadi panas yang deisebabkan oleh sifat HNO3
yag pekat. Larutan ini kemudian didinginkan hingga suhunya 50C.
Larutan didinginkan hingga suhunya 50C karena produk dari nitrasi
fenol hanya akan terbentuk pada suhu 50C. Setelah didinginkan
larutan ditambahkan dengan kristal fenol menghasilkan larutan berwarna hitam
kemudian didinginkan kembali hingga suhunya 50C. Tujuan pendinginan
kedua sama dengan yang pertama yaitu agar produk nitrasi fenol terbentuk.
Larutan ini kemudian diekstraksi dengan kloroform di dalam corong pisah hingga
terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna merah dan lapisan bawah berwarna
hitam. Kedua lapisan ini dapat terbentuk karena adanya perbedaan massa jenis
dari kedua senyawa. Tujuan penambahan klorofrom saaat ekstraksi adalah untuk
memisahkan larutan nitrofenol dengan air. Lapisan bawah larutan yang telah
diekstraksi dicuci dengan air yang kemudia ditambahkan dengan Na2SO4
anhidrat yang bertujuan untuk mengikat air yang masih ada dalam larutan.
Penambahan Na2SO4 dilakukan hingga menghasilkan endapan
putih. Kemudian diuapkan untuk memperoleh hasil nitrasi fenol.
Tahap kedua pada percobaan ini yaitu
pembuatan kromatografi kolom dimana kolom gelas telah berisi silika gel TLC dan
kloroform. Silika gel TLc disini berperan sebagai fase diam (stasioner). Saat
silika gel berperan sebagai fase diam maka kita menambahnakan lagi kloroform
sehingga homogen dengan silika gel. Setelah silika gel larut maka ditambahkan
lagi silika gel agar terbentuk kembali fase diam pada bagian bawah dan bagian
atas berupa larutan bening. Kemudian
kita memasukkan hasil nitrasi fenol yang telah diuapkan dan ditambahkan dengan
kloroform. Saat larutan dimasukkan dalam kolom gelas larutan menjadi berwarna
hitam pada bagian atas dan keruh pada bagian bawah. Kita mengamati larutan hingga
tampak satu pita kuning kemudian menampung fraksi-fraksi eluen hingga diperoleh
8 fraksi. Fraksi-fraksi yang dihasilkan awal hingga fraksi 8 memiliki warna
yang semakin pekat.
Fraksi-fraksi eluen yang telah
dihasilkan tadi kemudian ditetesi pada pelat KLT dengan menggunakan pipa
kapiler. Pelat KLT ini kemudian dielusi dengan benzena, kemudian dikeringkan di
udara. Setelah itu ditempatkan pada gelas kimia yang berisi Kristal iod yang
sebelumnya telah diuapkan. Saat dimasukkan maka warna-warna dari setiap
perembesan noda terlihat jelas. Setelah Nampak jelas maka kita dapat menentukan
Rfnya. Dari hasil percobaan nilai Rf yang diperoleh yaitu farksi I= 0,13,
fraksi II= 0,1375, fraksi III= 0,1375, fraksi IV= 0,1125, fraksi V= 0,125,
fraksi VI= 0,125, fraksi VII= 0,1375 dan fraksi VIII= 0,1375. Dari nilai Rf ini
dapat diketahui bahwa campuran yang dihasilkan adalah 2,4,6 –trinitrofenol.
Adapun reaksinya yaitu :
Fenol
(2,4,6-trinitrofenol)
IX.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil
percobaan yanh dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Prinsip dasar
kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis adalah pemisahan senyawa
menjadi komponen-komponennya berdasarkan perbedaan kecepatan perpindahan
masing-masing komponen diantara dua fasa
2.
Pada
kromatografi kolom diperoleh delapan fraksi eluen yang memiliki warna fraksi
yang semakin pekat dan pada kromatografi lapis tipis diperoleh suatu campuran
yaitu 2,4,6-trinitrofenol.
3.
Substituen
sangat berpenagruh pada reaksi substitusi elektrofil, hal ini terbukti melalui
hasil Rf yang di dapatkan.
B.
Saran
1.
Disarankan pada
praktikan selanjutnya untuk memperhatikan suhu campuran dan mengetahui dengan
jelas prosedur kerja agar praktikum dan hasil percobaan dapat sesuai dengan
yang diharapkan
2.
Sebelum
praktikum sebaiknya telah mengetahui teori dasar dari percobaan dan telah ada
pembagian tugas agar waktu praktikum yag digunakan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB
JR, Ray,Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga
Svehla, G. 1979. Vogel
Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.
Takeuchi Yoshito. 03-01-2009. Kromatografi. Online. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia
dasar/pemurnian-material/kromatografi/
. Diakses tanggal 14 Mei 2011.
Tim Dosen Kimia Organik . 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Makassar : UNM
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Dengan memperhatikan nilai Rf dari turunan fenol di
atas dan mengetahui pula prinsip kromatografi lapis tipis adalah partisi,
bagaimana urutan kepolaran fraksi fenol di atas? Ingat benzena digunakan
sebagai pelarut
Jawaban :Uruatan kepolaran fraksi fenol dengan
memperhatikan nilai Rf-nya maka yang paling polar adalah o-nitrofenol
2. Sarankan suatu teknik penggunaan kromatografi lapis
tipis untuk memperoleh senyawa murni
Jawaban :Sebaiknya memilih pelarut yang memiliki
kemurnian tinggi sehingga menghasilkan nilai Rf yang sesuai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar